MENJADI SANTRIWATI DI PONDOK PESANTREN
Oleh:
Latifah Hannum Batubara
Mahasiswi STAIN Mandailing Natal
Semenjak lulus dari Sekolah Dasar saya memang ingin sekali mondok (biar pinter ilmu agama katanya) hehe, walaupun banyak sebagian orang yang menganggap pondok itu seperti penjara yang mengekang kebebasan dan banyak sekali peraturannya. Bagi saya pondok memang penjara, tapi penjara suci hehehe..
Alhamdulillah nya orang tua pun mengabulkan keinginan saya untuk mondok setelah lulus dari Sekolah Dasar. Akhirnya saya dan orang tua saya melakukan survei dari beberapa referensi Pondok Pesantren, mulai yang terdekat sampai yang jauh.
Setelah survei ke beberapa tempat saya mendapatkan tempat Pondok Pesantren yang saya pikir sepertinya saya cocok di tempat ini dan saya akan nyaman berada di tempat ini, tempatnya tidak jauh dari rumah kok, jaraknya hanya 30 menit dari rumah.Yaitu pondok pesantren musthafawiyah purba baru,kecamatan lembah sorik merapi.dan asrama nya berada dilereng bukit.
Hingga harinya tiba saya berangkat ke Pesantren diantar oleh keluarga besar dan diserahkan kepada kakak asuh yang satu kampung dengan saya.Disaat mereka mau pulang kerumah meninggalkan saya di asrama itu saya mengangguk nangis karna mau berpisah itu,apalagi itu pertama kalinya saya jauh dari keluarga.Dan saya melihat satu persatu wajah keluarga saya terutama orangtua saya mereka menahan air mata mereka agar saya tidak melihat bahwa mereka pun sedih karna mau berpisah itu dengan saya.Tapi karna disemangati keluarga dan kakak asuh saya dan dengan nasehat-nasehat mereka.Akhir nya saya melepaskan mereka untuk pulang walaupun berat rasanya yang berpisah itu.
Hari pertama ke dua ke tiga hingga bertahun-tahun hidup di pesantren, saya sangat merasa nyaman dan betah karena mondok adalah kemauan saya sendiri tapi sebenernya walaupun tekad saya untuk mondok sangat tinggi tetap saja ada sedikit hawa pengin pulang ke rumah hehee.
Ketika ada mendadak pembayaran ataupun uang kurang dan mau habis orangtua belum waktunya untuk datang jenguk kita,kita bisa menggunakan handfone untuk bisa saling komunikasi ataupun untuk bisa kasih tau apa yang mau dibawa dan apa-apa kekurangan kebutuhan kita selama mondok itu.Dan begitu juga yang jauh sangat rumah nya dan orangtuanya hanya bisa 1 kali sebulan saja baru datang dengan alat teknologi komunikasi ini (handfone) bisa membuat yang jauh serasa dekat gitu karna bisa vidio call juga agar orang nya bisa di lihat.Karna di zaman sekarang ini semua sudah hampir memiliki teknologi.
Saya berada di pesantren selama 7 tahun, mulai dari Tsanawiyah hingga aliyah dan kelas 7 nya yang biasa disebut memperdalam ilmu agama nya.Dan sebagian teman" banyak yang hanya sampai kelas 6 saja dan langsung melanjutkan ke sekolah tinggi untuk mencapai cita-cita mereka.
banyak sekali pengalaman serta kesan yang saya dapat selama di pesantren, bagi saya pondok pesantren memberikan pelajaran yang sangat berarti. Hidup di pesantren mengajarkan saya bagaimana hidup mandiri, jauh dari orang tua, adik, saudara, bahkan kerabat yang selalu menemani.Suka duka dilalui bersama disitu,dari yang tidak bisa nyuci,memasak setelah mondok disitu jadi bisa semuanya karna di ajari mandiri bukan bergantung terus pada orang lain.
Mungkin di pondok pesantren saya tidak merasakan kasih sayang secara langsung dari orang tua, namun istimewanya di pondok pesantren kita begitu merasakan kasih sayang dan kebersamaan dengan teman-teman yang sudah seperti keluarga sendiri.Satu piring bersama kalau mau makan,satu cangkir bersama, semuanya serba bersama.Dan bahkan di hukum bersama juga kalau lagi buat masalah gitu.hehee
Kegiatan di pondok sangat padat, mulai dari jam 3 pagi bangun untuk shalat malam, dilanjut ke masjid untuk shalat berjamaah subuh, setalah itu bersiap-siap untuk ke sekolah, dan sepulang sekolah saya rapi-rapi untuk persiapan muzakaroh sore,dan malam nya juga setelah selesai sholat isya muzakaroh juga.