Korelasi antara Self Efficacy dan Pencapaian Akademik Mahasiswa
Mahasiswa merupakan individu yang sedang mengikuti proses pendidikan di perguruan tinggi yang dalam pelaksanaannya mahasiswa mengalami perubahan kebiasaan dalam proses belajar dari sekolah menengah ke jenjang perguruan tinggi. Dalam proses perkuliahan mahasiswa berinteraksi dengan mahasiswa lain bahkan dengan dosen dan staf pendidik lainnya. Dalam berinteraksi mahasiswa tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang di alaminya. Situasi pembelajaran yang baru dengan beban belajar yang semakin berat, disertai dengan tugas-tugas yang diberikan tak jarang dapat memicu stres apabila mahasiswa tidak mampu memenuhi tuntutan tersebut.
Stres akademik juga meliputi persepsi mahasiswa terhadap banyaknya pengetahuan yang harus dikuasai dan persepsi terhadap kecukupan waktu untuk mengembangkannya. Faktor lain yang dapat menyebabkan stress akademik pada mahasiswa adalah keyakinan (efficacy). Keyakinan akan kemampuan diri dalam menyelesaikan tugas akademik dapat meningkatkan usaha untuk mencapai tujuan, namun juga dapat menjadi penghambat dalam mencapai sasaran. Self-efficacy merupakan suatu kemampuan untuk mengatur dan melaksanakan bagian dari aktivitas yang dibutuhkan agar mencapai tujuan yang diinginkan.
Individu yang memiliki self-efficacy tinggi, percaya bahwa mereka mampu melakukan sesuatu untuk mengubah kejadian-kejadian di sekitarnya. Sedangkan individu yang memiliki self efficacy yang rendah beranggapan bahwa pada dasarnya ia tidak mampu mengerjakan segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dalam situasi ini, individu dengan self efficacy yang rendah cenderung mudah menyerah, sementara individu dengan self efficacy yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk mengatasi tantangan yang ada.
Self efficacy dipengaruhi oleh pengalaman keberhasilan individu (mastery experience), pengalaman keberhasilan orang lain (vicarious experience), persuasi verbal (verbal persuation) serta kondisi fisiologis dan emosional (physiological and emotional state). Pengalaman keberhasilan individu merujuk pada pengalaman pribadi individu. Pengalaman mendapatkan keberhasilan akan menaikkan self efficacy seseorang, sementara kegagalan akan menyebabkan sebaliknya. Seorang individu juga dapat termotivasi atau sebaliknya untuk mengerjakan sebuah tugas setelah belajar atau menyaksikan pengalaman dari orang lain.
Persuasi verbal atau persuasi sosial merujuk pada seberapa mungkin seorang individu untuk diyakinkan secara verbal oleh orang lain untuk memengaruhi keyakinan individu tersebut terhadap kemampuannya.
Kondisi fisiologis dan emosional akan mendasarkan informasi terhadap individu mengenai dirinya sendiri. Ketegangan fisik dan emosional seperti kecemasan maupun stres akan mengurangi keyakinan individu terhadap kemampuan yang ia miliki. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi pencapaian akademik, yang dapat dibagi menjadi faktor internal dan eksternal. Faktor internal merujuk pada faktor yang berasal dari diri sendiri dan merupakan faktor yang paling dominan mempengaruhi pencapaian akademik.
Motivasi juga terkait dengan self efficacy dan juga perilaku mahasiswa yang diterapkan dalam proses belajar. Oleh karena itu motivasi dapat mempengaruhi pencapaian akademis dari mahasiswa. Mahasiswa diharapkan melakukan refleksi diri mengenai kemampuan self efficacy dan merencanakan strategi perbaikan untuk meningkatkan kemampuan self efficacy. Yaitu dengan belajar dari pengalaman yang telah dilalui, belajar dari pengalaman orang lain dengan cara berkonsultasi dengan penasehat akademik dan melakukan peer mentoring serta meningkatkan keadaan sosial, dan memahami keadaan fisiologis serta emosi diri sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H