Ketika tahu bahwa WPC digelar lagi setelah hiruk-pikuk ulang tahun Kampret 5 Februari lalu, saya langsung berdecak. Itu artinya, saya mesti siap untuk bercumbu dengan kamera lagi (padahal sering). Namun, ketika mendapati tema WPC kali ini, otak langsung mumet alias tidak tahu sama sekali dengan Conceptual Photography. Maklum, sebagai penikmat foto dan fiksi, kemampuan saya memang terbatas sekali.
Saya hanya memahami bahwa apa yang terekam pada lensa kamera pada dasarnya adalah sebuah media penyampai pesan. Hanya, jika sebuah tulisan menjelaskan maksud dan pesan secara gamblang, kita dituntut lebih jeli dalam mengapresiasi sebuah foto karena ide atau pesan yang ada disampaikan melalui gambar. Dan, resiko dari semua itu adalah adanya perbedaan interpretasi dari penikmat itu sendiri.
Kendati belum bisa membedakan foto ilustrasi dan conceptual photography, berbekal dasar itulah, saya mulai beraksi membidik. Tentu setelah membaca tutorial dari Admin Kampret dan melirik sana-sini di berbagai komentar. Tak lupa, saya menyiapkan apa saja yang diperlukan; kamera sudah pasti, benda-benda yang ada di sekitar kita pun jadi. Internet pun menjadi tujuan ketika hati mulai penasaran.
Sebagai partner setia, saya menggandeng Picasa untuk menemani saya memoles foto. Jika pun banyak aplikasi yang lain seperti Photoshop atau GIMP, saya tidak menggunakannya karena tidak bisa :D
Monggo, berapresiasi di foto-foto saya berikut ini!
Solo, Februari 2013
Photography's just a playground for me. I'm not a photographer at all.
(Edward Ruscha)
[WPC 33] Conceptual Photography
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H