Lihat ke Halaman Asli

Panjat Bambu dalam Balutan Dua Hari Besar

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1376155026545560955

Jika orang lain tengah sibuk dengan persiapan pulang kampung beberapa hari lalu, maka saya tidak mengalaminya. Namun begitu, kemeriahan para perantau yang pulang ke kampung halaman, amat terasa di tempat saya tinggal. Banyak teman-teman lama yang pulang untuk Lebaran. Itu berarti, kesempatan untuk bernostalgia terbuka lebar. Cerita-cerita masa kecil menjadi sajian tak terlewatkan.

Setelah kecapaian bertemu si ini dan si itu, ada kalanya rasa jenuh menghampiri. Hal itulah yang menjadi pemantik bagi teman-teman dan saya yang tergabung dalam sekumpulan pemuda-pemudi karang taruna “Permadani”, berinisiatif untuk menghelat acara “Panjat Bambu”. Ya, dikarenakan tak ada pohon pinang, maka pohon bambu pun jadi.

Acara ini, selain untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri, juga untuk menyambut Hari Kemerdekaan Republik Indonesia ke-68, terselenggara atas kerjasama pemuda-pemudi pribumi (yang masih menetap di kampung) dengan pemuda-pemudi perantauan dan beberapa sponsor.

Acara yang dilaksanakan Sabtu 10 Agustus 2013 ini dibuka pukul 21.30 WIB, berlangsung meriah. Masing-masing grup terdiri atas empat orang, namun karena terlalu lama tak ada yang mencapai puncak, masing-masing grup ditambah satu orang. Berbagai hadiah disiapkan oleh panitia seperti lemari, kasur, ponsel, dan bonus uang tunai bagi peserta pertama yang berhasil sampai ke puncak.

[caption id="attachment_271535" align="aligncenter" width="300" caption="Menjaga Keseimbangan untuk Mencapai Puncak (dok.pri)"]

13761554291285555547

[/caption] [caption id="attachment_271536" align="aligncenter" width="614" caption="Aksi peserta dari Grup Junior (dok.pri)"]

13761556211221666842

[/caption] [caption id="attachment_271537" align="aligncenter" width="614" caption="Peserta Pertama yang Mencapai Puncak (dok.pri)"]

13761557531047504964

[/caption]

Meskipun udara begitu menusuk kulit, antusias peserta amat membuncah. Sampai saya meninggalkan lokasi, penonton pun masih banyak yang setia melihat grup-grup jagoannya beraksi. Hanya satu harapan dari saya, bahwa semoga acara ini tak menjadikan saya dan teman-teman lupa memaknai kemerdekaan yang sesungguhnya. Kebersamaan yang hangat tak lantas membuat kami lupa akan pengorbanan para pahlawan. Sejatinya, kemeriahan seperti ini tak lain untuk menciptakan persatuan. Merdeka lahir, merdeka batin!

Gemolong, Agustus 2013

Latif N. Janah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline