Lihat ke Halaman Asli

Lathifah Zahrah Nasir

Mahasiswa Perbankan Syariah IAIN Parepare

Wujud Solidaritas: Pengurus Masjid Al-Ijtihad Ikut Amankan Perayaan Natal di Minahasa Utara

Diperbarui: 6 Januari 2025   20:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

 Toleransi antar umat beragama adalah sikap saling menghormati, memahami, dan menerima perbedaan keyakinan, kepercayaan, serta praktik keagamaan antara individu atau kelompok yang menganut agama yang berbeda. Toleransi ini merupakan salah satu pilar penting untuk menciptakan kedamaian, harmoni, dan keberagaman yang sehat dalam masyarakat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: 

Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari kampung halamanmu. Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berlaku adil.

(Al-Mumtaanah [60]:8)

Kehadiran pengurus masjid dalam membantu pengamanan perayaan Natal mencerminkan toleransi dan solidaritas antarumat beragama. Ini adalah implementasi langsung dari nilai-nilai kebhinekaan Indonesia, di mana perbedaan keyakinan tidak menjadi penghalang untuk saling membantu dan menjaga keharmonisan.

Tindakan ini menunjukkan bahwa masyarakat bisa bersatu meskipun memiliki perbedaan agama. Dalam Islam, membantu sesama tanpa memandang agama adalah bentuk amal kebaikan. Tindakan ini sesuai dengan ajaran Islam tentang pentingnya menjaga kedamaian dan saling menghormati, seperti dalam Surah Al-Mumtahanah (60:8) yang mendorong umat Islam untuk berlaku baik dan adil terhadap yang berbeda agama.

Partisipasi pengurus Masjid Al-Ijtihad dalam mengamankan perayaan Natal di Gereja Pantekosta Airmadidi adalah tindakan yang patut diapresiasi sebagai wujud toleransi dan penghormatan antar umat beragama. Ini mencerminkan harmoni sosial yang kuat di Minahasa Utara dan menjadi contoh positif bagi masyarakat Indonesia secara luas.

Mengapa Orang Sering Menjustifikasi Agamanya Lebih Baik?

Setiap orang yang beragama cenderung meyakini bahwa agama yang dipilihnya adalah jalan yang paling benar. Keyakinan ini sering kali dibentuk sejak kecil melalui pendidikan keluarga, masyarakat, atau tradisi. Ketidaktahuan tentang keyakinan dan praktik agama lain sering kali membuat seseorang merasa bahwa ajaran agamanya adalah satu-satunya yang benar. Beberapa ajaran agama memang memiliki elemen eksklusivitas, yang menekankan bahwa kebenaran hanya dapat ditemukan dalam agama tersebut. Hal ini bisa memperkuat keyakinan bahwa agama lain tidak setara

Dampak Jika Orang Selalu Menganggap Agamanya Lebih Baik

Orang yang terlalu yakin bahwa agamanya lebih baik cenderung sulit menghormati atau menerima keberadaan agama lain. Hal ini dapat memicu diskriminasi dan bahkan konflik. Orang yang merasa agamanya superior mungkin sulit terlibat dalam dialog yang sehat dan saling menghormati, karena mereka lebih fokus membenarkan keyakinannya daripada memahami orang lain. Jika tidak dikelola, sikap ini dapat berkembang menjadi konflik agama atau bahkan kekerasan atas nama agama.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline