Lihat ke Halaman Asli

Lathifah Sekar

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Mengintip Asmara Kawula Muda dalam Novel Student Hidjo

Diperbarui: 5 Mei 2023   23:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gramedia.com

Selamat datang para pembaca! Kali ini saya akan mengulas novel yang isi ceritanya sangat mencengangkan terutama kisah cinta yang berlayar di buku ini. Buku Student Hidjo merupakan karangan Mas Marco Kartodikromo yang pertama kali ditulis pada tahun 1918 sebagai cerita bersambung di harian Sinar Hindia, kemudian terbit sebagai buku tahun 1919. Novel ini adalah salah satu novel perintis yang melahirkan sastra perlawanan, yaitu fenomena dalam sastra Indonesia sebelum perang. Kondisi zaman pergerakan menuju Indonesia sangat terlihat di buku ini, di mana kemajuan berpikir melalui mengenyam pendidikan di sekolah-sekolah Belanda dan pandangan-pandangan terhadap dunia Jawa yang makin bergerak.

Berangkat dari pendapat Ian Watt, bahwasannya suatu karya sastra mencakup tiga hal dan satu di antaranya bahwa sastra sebagai cerminan masyarakat. Dan hal tersebut dapat dibuktikan dengan membaca ataupun mengetahui karya-karya sastra yang ada baik nasional maupun internasional. Begitupun novel berjudul Student Hidjo yang akan diulas sangat mencerminkan keadaan sosial dan hubungan asmara yang terjadi pada saat itu. 

Jika kita lihat judul dari novel tersebut, dapat dipastikan pembaca langsung menyimpulkan bahwa buku menceritakan bagaimana perjuangan seseorang dalam memperjuangkan dan menuntut ilmu. Apabila dibaca secara langsung karya tersebut cerita yang terkandung dengan judul buku bertolak belakang, dapat ditarik garis besar cerita yang dimuat adalah kisah pecintaan Hidjo hingga menggapai pelaminan, sedangkan dengan judul yang jelas menggunakan kata 'student' berarti murid, kata tersebut saja sudah secara gamblang mencerminkan penuntut ilmu.

Kembali ke topik yang akan dibahas, yaitu menilik kejadian dalam Novel Student Hidjo. Ketika awal membaca novel ini kita akan langsung disuguhkan dengan latar emosi yang menegangkan, di mana Ayah Hidjo akan mengirimkan putranya menuntut ilmu ke Negeri Belanda dan sang Ibu yang histeris lantaran terlalu khawatir dengan pergaulan yang ada di negara tersebut. Hal ini menunjukkan adanya nilai prestise yang diakui dalam kemasyarakatan pada saat itu, di mana ketika seseorang dapat menuntut ilmu lebih dari yang lain akan dipandang sebagai keluarga "hebat" atau "kaya".  

Beralih ke peristiwa lain yang ada di dalam novel ini, yaitu kisah percintaan Hidjo yang rumit karena dimulai dia menjalin hubungan jarak jauh, kalau sekarang sih mendapat julukan LDR (Long Distance Relationship), lalu terjadinya cinta segi empat yang terjalin sepanjang kisah dalam buku. Sebab Hidjo sudah dijodohkan dengan anak kenalan sang Ibu, yang bernama Raden Ajeng Biroe otomatis dia harus menjaga komitmen dalam mempertahankan tali asmara yang terjalin.

Lanjut mengenai hubungan asmara Hidjo, ketika sampai di Belanda dia bertempat tinggal di rumah sebuah keluarga, di mana keluarga tersebut mempunyai dua anak perempuan dan salah satunya memiliki rasa tertarik yang lebih terhadap Hidjo. Singkat cerita, mereka berdua menjalin hubungan asmara begitu "bebas", dengan Hidjo yang menampik kenyataan bahwa dia mempunyai kekasih di negara asalnya, dengan sadar melakukan tanpa merasa bersalah. 

Lambat laun, rasa bersalah yang selalu ditampiknya akhirnya diakuinya dan Hidjo segera tobat akan segala dosa yang telah dilakukan dengan kekasih gelapnya di Belanda yang bernama Betje. Hidjo akhirnya menyesali perbuatan dan mencoba fokus kembali ke tujuan utama menuntut ilmu demi meraih gelar Insinyur. Segala usaha rayuan yang dilayangkan Betje selalu didiamkan hingga si penggoda menyerah melakukan upaya kepada Hidjo.

Lain percintaan di dalam novel ini yaitu cinta segi empat yang terjalin antara Hidjo, R. A. Wangoe, R. A. Biroe, dan R. M. Wardojo. Kisah cinta tersebut bisa dibilang datar karena tidak ada konflik berarti di dalamnya. Dimulai dengan Biroe yang diam-diam menyukai Wardojo dan mendapat balasan perasaan sepadan, yakni Wardojo menaruh rasa kepada Biroe sejak awal bertemu. Juga Wangoe ternyata mencintai Hidjo yang statusnya tunangan Biroe dan perasaan tersebut diketahui secara jelas oleh Biroe. Alur percintaan mereka terus berjalan dengan mengirim dan membalas surat satu dengan lainnya. Hingga akhirnya orang tua Hidjo merubah rencana perjodohan dengan Biroe, yaitu beralih menjodohkan Hidjo dengan Wangoe. Hal tersebut menimbulkan dampak positif, yakni jalinan asmara antara Biroe dengan Wardojo yang berakhir bahagia karena akhirnya mereka dipersatukan. Situasi tersebut tidak menimbulkan permusuhan di antara mereka.

Akhir yang sangat tidak diduga karena hubungan asmara di dalam cerita biasanya digunakan sebagai sumber konflik, tetapi di novel ini hal tersebut tidak berlaku. Dimulai dengan bagaimana jalinan asmara dan berakhirnya hubungan perjodohan tersebut sangat datar. Nyaris tidak ada penolakan yang terjadi ketika alur perjodohan dirubah justru mereka menerimanya dengan tangan terbuka.

Sekian ulasan yang dapat saya tulis, senang rasanya mempunyai kesempatan menuangkan pendapat setelah membaca suatu karya. Novel Student Hidjo sangat membuka pikiran saya bahwasannya tidak semua konflik yang dibuat rumit dalam suatu karya dapat membuat berarti, justru konflik yang sederhana dengan penyelesaian elok, membuat karya tersebut berbekas dan berkelas di hati para pembaca. Cukup sampai di sini saya menulis, semoga bermanfaat, dan sampai berjumpa lagi pada tulisan saya yang lain!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline