Lihat ke Halaman Asli

Karnadi

Kreator

Saat Hidupmu Tampak Gagal, Hadapi dengan 4 Sikap Ini

Diperbarui: 28 Juni 2024   21:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Betapa sering kita ini memiliki kebiasaan ketika menghadapi kesulitan dan kesusahan lalu rencana dan usaha yang kita lakukan gaga tidak tercapai, berakhir dengan selalu menyalahkan orang lain. Namun ketika berhasil menepuk dada dan berkata " ini adalah jasaku ".

Artinya jika seseorang menyalahkan orang lain berarti dirinya tidak merasa bersalah. Seharusnya ketika kita gagal jangan mencari kambing hitam. Karena tidak ada satu orang pun yang mau disalahkan.

Menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah justru menambah masalah. Orang yang menyalahkan orang lain berarti pertanda ia tidak mau memperbaiki diri. Orang yang tidak mau memperbaiki diri pertanda orang yang tidak bakal maju.

Dalam diri kita selalu ada setumpuk alasan untuk menyalahkan orang lain. Pada awalnya yang disalahkan adalah situasi dan kondisi. Hakikatnya situasi dan kondisi dunia itu selalu sama, yang tidak sama adalah situasi dan kondisi yang ada dalam diri kita.

Kemudian yang kedua, kita terjangkit penyakit pesimistis. Rasa optimis dan harapan menjadi hilang. Padahal untuk menumbuhkan rasa optimis itu telah ada dalam Al-Qur'an dan hadits, juga ada dalam kitab-kitab kuning.  Misalnya hadits" man khoroja min baitin multabisan min ilmin futihat lahu abwabul Jannah ". Orang yang keluar dari rumah untuk mencari ilmu maka pintu surga akan dibuka oleh Allah.

Hadits diatas maksudnya jangan ada sikap pesimis tetapi selalu bersikaplah optimis. Karena didunia ini tidak ada yang mustahil. Menanamkan rasa percaya diri semacam ini memang sulit. Dan akan lebih aneh jika dalam mencapai cita-cita dunia ia pesimis sedangkan keinginan masuk surga ia optimis.

Semakin aneh saking optimisnya masuk surga ia selalu menyalahkan siapa saja yang tidak sejalan dengan dirinya.

Kemudian yang ketiga, kita salah meyakini tentang qodho' dan qodar. Salah memaknai taqdir Tuhan. Karena salah memaknai taqdir Tuhan akhirnya terbangun jiwa yang nihil, lalu kita tidak berbuat apa-apa.

Mari kita lihat kembali ayat Al-Qur'an " Innallohi yahdi man yasya' wa yudhillu man yasya' tuizzu man tasya'...dst ". Allah memberi petunjuk kepada siapapun yang Dia kehendaki dan menyesatkan kepada siapapun yang Dia kehendaki, memuliakan siapa yang Dia kehendaki.

Ayat diatas kemudian dimaknai dan disikapi dengan hanya menunggu keputusan dari Allah saja tanpa berbuat apa-apa. Sikap seperti ini kemudian memunculkan pertanyaan. Misalnya dari mana kita tahu bahwa Allah menentukan taqdir kita sebagai orang miskin, orang bodoh, orang tersesat dan sebagainya.

Ada juga orang yang tidak percaya sama sekali dengan takdir Tuhan. Misalnya dengan menggunakan dalil ayat " innallloha la yughoyyiruma biqoumin hatta yughoyyiruma bianfusihim ". Allah tidak merubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubahnya sendiri".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline