Wujudkan Komitmen ZERO HALINAR, Kalapas Kotaagung dan Jajaran Satopspatnal Gelar Razia Kamar Hunian WBP di Malam Hari

INFO LASTAGUNG - Senin (15/5/2023), menindaklanjuti Deklarasi Zero Halinar yang telah dilaksanakan pada Apel Pagi Pegawai, jajaran Satuan Operasional Kepatuhan Internal (Satospatnal) Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Kotaagung diawasi langsung oleh Kepala Lapas Kotaagung, Beni Nurrahman gelar razia dadakan ke kamar hunian Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) pada malam hari.

Razia ini dimulai pukul 20.00 WIB dipimpin oleh Kepala KPLP, Gusvendra Priambogo selaku ketua tim Satopspatnal bersama Kasi. Keamanan dan Ketertiban, Herman Ahmad didampingi Kasubsi Keamanan, Darson Efendi bersama anggota yang terdiri dari staf KPLP dan jajaran administrasi keamanan dan ketertiban.

Penggeledahan Badan WBP oleh Petugas Diawasi Langsung oleh Kepala KPLP Lapas Kotaagung/Humas Lastagung

Adapun giat razia ini menyasar kamar hunian WBP yang dipilih secara acak dengan target utama adalah Halinar (Handphone, Pungutan Liar/pungli, dan Narkoba), "Saya instruksikan jajaran Satopspatnal untuk lakukan gelar razia dadakan pada malam ini. Giat razia ini untuk memastikan bahwa jajaran Lapas Kotaagung tak hanya sekadar berucap dan menandatangani komitmen, melainkan benar-benar bersih atau Zero dari peredaran Halinar", tegas Kepala Lapas Kotaagung dalam arahannya.

Kasubsi Portatib Geledah Perabotan WBP di Kamar Hunian/Humas Lastagung

Gusvendra menjelaskan dari hasil razia yang telah dilakukan jajaran Satopspatnal, mulai dari penggeledahan ruang, perabot, hingga badan WBP tidak ditemukan Halinar yang menjadi target utama. Namun, ditemukan barang-barang terlarang seperti benda tajam dan berpotensi besar menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban.

Petugas Geledah Lemari Pakaian WBP saat Razia Zero Halinar dengan Teliti/Humas Lastagung

"Halinar yang menjadi objek utama temuan pada razia ini tidak ditemukan. Akan tetapi, barang temuan seperti silet, alat cukur, botol kaca, dan korek api yang ditemukan saat razia langsung kami sita untuk kemudian dimusnahkan", tutur Gusvendra. (nmf/HL)