Lihat ke Halaman Asli

Kakak-Adik Sering Bertengkar, Bagaimana Mengatasinya?

Diperbarui: 23 Juni 2015   23:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13979332981505659308

[caption id="attachment_332441" align="aligncenter" width="580" caption="Ilustrasi/ Kompasiana (shutterstock)"][/caption]

“Kakak nakal!,” jerit adik di tengah isak tangisnya. “Adik juga nakal!” protes kakak tak kalah keras membela diri. Pusing dengan kondisi anak-anak yang seringkali bertengkar, bagaimana mengatasinya?

Banyak cerita pertengkaran kakak-adik yang akhirnya membuat ketenangan di rumah terganggu. Kakak merasa tersaingi dan terabaikan dengan kehadiran adik yang dianggap telah merenggut perhatian dan kasih sayang orangtuanya. Perasaan inilah yang kemudian dituangkan dalam perilaku negatif demi menarik perhatian orangtua, mulai dari menjadi kakak yang nakal hingga memusuhi adiknya.

Pada hakekatnya, Allah menciptakan manusia lengkap dengan rasa kasih sayang. Dan atas fitrah-Nya ikatan kasih sayang itu akan menjadi lebih kuat dalam hubungan kakak-adik. Hanya saja, tanpa disadari orangtualah  yang menciptakan jarak bagi mereka.

Berikan Keyakinan

Anak memerlukan pengakuan bahwa orangtua menyayanginya. Sebagaimana layaknya orang dewasa, mereka pun membutuhkan kata-kata 'sayang' untuk diucapkan, untuk dibuktikan dalam pelukan. Sebagai orangtua, adalah keliru jika beranggapan bahwa anak pasti percaya bahwa tidak ada orangtua yang tidak menyayangi anaknya. Ajarkanlah, ungkapkanlah bagaimana kasih sayang itu. Jangan sungkan untuk berkata disaat melakukan sesuatu bagi mereka, "ayah-ibu melakukan ini karena sayang kamu".

Ketika anak sudah yakin akan posisi istimewa dalam hati orangtua, tumbuhkan keyakinan selanjutnya bahwa adik atau kakaknya adalah orang-orang yang juga menyayanginya. Bahwa  sebuah keluarga perlu saling mengasihi dan melindungi. Jika orangtua tidak ada, maka kakak dan adik itulah yang akan saling menjaga.

Jika adik masih dalam kandungan, tuntun hati kakak untuk memahami bahwa dengan adanya adik nanti berarti akan bertambah seorang lagi yang akan menyayanginya. Rangkul kepeduliannya dengan menempatkannya sebagai kakak yang akan mengayomi adiknya. Katakan padanya bahwa dengan mengasihi adik, membuat orangtua bahagia dan akan bertambah sayang padanya.

Jangan Membandingkan, Sejajarkan

Anak akan mulai merasa tersisih ketika ia dibandingkan dan ditempatkan dalam posisi "bukan juara" oleh orangtuanya. Tanpa sadar, kerapkali ucapan orangtua mengecilkan hati mereka, membuat mereka kesal akan kehadiran adik atau kakaknya karena merasa tersaingi. Jika sudah demikian, niat baik orangtua untuk memotivasi malah akan membuat mereka patah hati. Untuk mengantisipasi hal ini, orangtua sebaiknya lebih  bijak dalam memilih kata yang akan diucapkan. Buatlah untaian kalimat positif yang menyatakan kesamaan, menekankan kepada apa yang orangtua harapkan. Misalnya, daripada mengatakan "ayo belajar yang rajin, biar pintar seperti kakak", lebih baik jika "adik dan kakak sama-sama belajar ya, ayah-ibu akan senang jika semua menjadi anak yang pintar". Atau contoh lain, daripada "kenapa sih kakak susah jika dinasehati, tidak seperti adik yang penurut", akan lebih baik jika "ayah-ibu  nasehati karena sayang, karena ingin menyampaikan sesuatu untuk kebaikan, tidak hanya buat kamu, tapi juga buat anak-anak ayah-ibu lainnya".

Buat Tujuan Bersama

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline