Indonesia berada di wilayah yang sangat rentan terhadap bencana alam, terutama gempa bumi. Salah satu ancaman terbesar yang menghantui masyarakat Indonesia saat ini adalah potensi gempa megathrust, yang bisa memicu guncangan dahsyat dan tsunami besar. Para ahli seismologi telah memperingatkan tentang potensi gempa ini di beberapa wilayah, khususnya di sepanjang zona subduksi di lepas pantai Sumatera, selatan Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat. Gempa megathrust adalah jenis gempa bumi yang terjadi ketika dua lempeng tektonik besar bertemu di zona subduksi, dengan salah satu lempeng menyusup di bawah yang lain. Kekuatan gempa ini bisa mencapai magnitudo lebih dari 9, yang berarti kerusakan yang ditimbulkannya dapat sangat luas. Di Indonesia, beberapa daerah seperti Sumatera Barat, Bengkulu, dan pesisir selatan Jawa termasuk dalam zona merah gempa megathrust ini.
BMKG memperkirakan, meski tidak bisa diprediksi kapan gempa megathrust akan terjadi, Indonesia sudah harus bersiap menghadapi skenario terburuk. Salah satu contoh dampak dahsyat dari gempa megathrust terjadi pada tahun 2004, ketika gempa berkekuatan 9,1-9,3 Skala Richter mengguncang Samudra Hindia dan memicu tsunami yang menghancurkan Aceh serta beberapa negara lainnya. Dr. Daryono, Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, menjelaskan dalam beberapa kesempatan bahwa wilayah Sumatera dan selatan Jawa memiliki potensi besar untuk terjadi gempa megathrust. "Potensi gempa megathrust di lepas pantai Sumatera dan selatan Jawa sangat besar. Zona subduksi di wilayah ini secara geologis aktif, dan kita harus selalu siap karena guncangannya bisa sangat besar. Tidak hanya merusak, tapi juga bisa memicu tsunami yang sangat cepat tiba di daratan," ungkapnya.
Untuk mengetahui seberapa besar kesiapan masyarakat menghadapi ancaman ini, kami mewawancarai beberapa warga yang tinggal di daerah rawan gempa dan tsunami.
Bapak Surya, seorang pedagang yang tinggal di Ngamprah, Kabupaten Bandung, mengaku bahwa ancaman gempa megathrust selalu menjadi kekhawatiran warga di daerah tersebut. "Kami sebenarnya sudah terbiasa dengan gempa, tapi tetap saja rasa takut itu ada. Setiap kali mendengar tentang potensi gempa megathrust, apalagi kalau dikaitkan dengan tsunami, rasanya cemas. Kami sudah sering mengikuti sosialisasi dari pemerintah, tapi kalau bencana itu terjadi, tidak ada yang bisa benar-benar siap" ujar Bapak Surya.
Ibu Lestari, Warga Ngamprah, Kabupaten Bandung, yang juga berada dalam zona rawan gempa, kesadaran masyarakat terhadap potensi gempa megathrust mulai meningkat. Ibu Lestari, seorang ibu rumah tangga yang tinggal di dekat pantai, berbagi pengalamannya. "Saya selalu khawatir kalau mendengar berita tentang gempa megathrust. Rumah saya di daerah yang rentan terkena lebih dahulu efek gempa karena gempa sebelumnya pun genteng rumah saya hancur jatuh akibat gempa. Tapi untuk rute evakuasi belum terlalu jelas, dan tidak semua warga di sini tahu langkah apa yang harus diambil" kata Ibu Lestari.
Menurutnya, sosialisasi dari pemerintah dan lembaga kebencanaan sudah ada, tetapi perlu lebih banyak lagi simulasi dan pelatihan yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat. "Kalau ada simulasi bencana, biasanya hanya beberapa orang yang ikut. Saya berharap pemerintah lebih sering melakukan sosialisasi agar semua warga tahu apa yang harus dilakukan jika bencana benar-benar datang" ujarnya.
Dari wawancara dengan masyarakat, terlihat bahwa meskipun kesadaran akan ancaman gempa megathrust mulai tumbuh, masih ada tantangan dalam meningkatkan kesiapsiagaan. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya, mulai dari memasang sistem peringatan dini tsunami hingga mengadakan simulasi bencana. Namun, langkah-langkah ini perlu terus diperkuat, terutama di daerah-daerah yang berisiko tinggi.
Dr. Suharjono, seorang ahli geologi, menjelaskan bahwa kesiapsiagaan masyarakat adalah salah satu kunci untuk mengurangi dampak bencana. "Gempa megathrust adalah bencana yang tidak bisa dihindari, tetapi dengan kesiapsiagaan yang baik, jumlah korban jiwa dan kerusakan bisa diminimalkan. Sosialisasi yang rutin, simulasi evakuasi, dan penguatan infrastruktur tahan gempa menjadi sangat penting" jelasnya. Selain itu, pembangunan infrastruktur di daerah rawan gempa harus mengadopsi standar bangunan tahan gempa. Banyak bangunan di Indonesia, terutama di daerah terpencil, belum dibangun dengan standar ini, yang meningkatkan risiko kerusakan parah saat gempa besar terjadi.
Gempa megathrust adalah ancaman nyata yang harus dihadapi Indonesia dengan serius. Meskipun tidak ada yang bisa memprediksi kapan bencana ini akan terjadi, pemerintah dan masyarakat harus terus meningkatkan kesiapsiagaan untuk meminimalkan dampak yang mungkin terjadi. Peningkatan edukasi, simulasi bencana, dan peringatan dini adalah langkahlangkah yang dapat membantu masyarakat lebih siap dan waspada. Di sisi lain, masyarakat juga harus lebih proaktif dalam mengikuti sosialisasi dan pelatihan, karena kesiapan individu dan komunitas menjadi kunci keselamatan saat bencana datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H