Membaca atau mendengar kalimat "susahnya mencari pekerjaan" membuat saya kembali teringat kisah yang pernah saya alami 24 tahun yang lalu.
Saat itu tahun 2000-an, saya pernah merasakan berjalan sambil membawa tas yang berisi beberapa map coklat. Map coklat kala itu sangat identik dengan pencari pekerjaan.
Surat lamaran ditulis tangan dan langsung di antar ke tempat tujuan atau dikirim via Pos. Sempat merasakan salah alamat, berteduh di tempat yang asing karena hujan lebat dan bahkan pernah tersesat karena salah naik angkutan umum (angkot).
Kala itu saya sempat merasakan putus asa, dan sempat berfikir "sudahlah ga usah cari kerja, mau diam aja di rumah"..
Keputusasaan atau suatu keadaan yang menggambarkan kondisi seseorang yang merasa tidak ada harapan kini disebut dengan istilah Desperate.
Kondisi ini bisa menimpa siapa saja, tanpa memandang usia, latar belakang, atau status sosial. Namun, beberapa kelompok yang dinilai lebih rentan mengalami keputusasaan ini adalah generasi muda.
Mengapa mereka para generasi muda lebih rentan dibanding dengan kelompok lainya? Karena mereka, terutama yang sedang atau baru memasuki dunia kerja seringkali mengalami ketidakpastian dalam karier, tekanan sosial untuk mencapai sukses, ketidak sesuaian antara harapan dan kenyataan yang di hadapi dan pengaruh media sosial yang membuat mereka merasa tidak cukup baik.
Di era modern seperti saat ini, kita dihadapi oleh berbagai tekanan yang lebih intens dibandingkan dengan era sebelumnya.
Kemajuan teknologi, perubahan ekonomi dan meningkatnya tuntutan sosial menciptakan kehidupan yang serba cepat dan kompetitif. Orang-orang akan dituntut untuk bekerja lebih cepat dan efisien yang menyebabkan kelelahan baik secara mental maupun fisik.