Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Es Nong-Nong, Jajanan Jadul yang Kembali Populer

Diperbarui: 2 Agustus 2024   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Freepik olah pribadi dengan Canva 

"Pakkkkkk beliiiii........"

Suara saya menggelegar dari dalam rumah ketika mendengar bunyi "nong....nong....nong.....". Es krim langganan saya lewat. Saya langsung minta uang ke ibu dan ambil gelas plastik besar (karena saya jarang beli pakai cone) kemudian lari menghampiri pedagang es nong nong. Ah senangnya makan es nong nong di tengah hari yang terik. Segar.....

Es ini sangat populer saat saya sekolah dulu, tahun 90an. Salah satu jajanan murah meriah dan menjadi idola anak-anak maupun orang dewasa.

Sejarah Es Nong Nong

Es Nong-Nong, yang juga dikenal sebagai es dung-dung, adalah es krim tradisional Indonesia yang memiliki sejarah panjang sebagai jajanan jalanan populer. Es ini mendapat namanya dari suara "nong-nong" atau "dung-dung" yang dihasilkan oleh pedagang keliling yang memukul alat logam atau bel untuk menarik perhatian pembeli.

Es Nong-Nong mulai populer di Indonesia sekitar pertengahan abad ke-20, terutama di daerah Jawa. Pada masa itu, es ini menjadi salah satu jajanan favorit karena harganya yang terjangkau dan rasa yang menyegarkan.

Es ini biasanya dibuat dengan menggunakan santan kelapa sebagai bahan dasar, berbeda dengan es krim barat yang menggunakan susu. Penggunaan santan memberikan rasa yang gurih dan khas, menjadikan es ini unik dan berbeda dari es krim lainnya.

Pada umumnya, Es Nong-Nong disajikan dalam bentuk potongan atau scoop yang diambil dari wadah besar. Pilihan rasa biasanya sederhana, seperti vanila, cokelat, dan kelapa, dengan tambahan topping seperti meses, kacang tanah, atau serutan kelapa.

Beberapa variasi juga menggunakan roti sebagai wadah atau campuran bahan lain seperti tape ketan, durian, atau potongan buah-buahan lokal.

Di era 90-an, Es Nong-Nong menjadi salah satu jajanan yang sangat disukai oleh anak-anak. Para pedagang sering terlihat berkeliling di lingkungan perumahan atau sekolah, menjajakan es krim dengan suara "nong-nong" atau "dung-dung" yang khas.

Meski terdesak oleh es krim modern, Es Nong-Nong tetap memiliki tempat istimewa di hati banyak orang. Di era modern, ada usaha untuk melestarikan es krim tradisional ini, baik melalui penjualan di restoran dengan konsep tradisional maupun melalui promosi di media sosial yang mengangkat tema nostalgia.

Saat ini, Es Nong-Nong tidak hanya dilihat sebagai makanan penutup, tetapi juga sebagai bagian dari warisan budaya Indonesia. Upaya untuk melestarikan dan mengenalkan kembali es ini kepada generasi muda terus dilakukan, baik oleh komunitas kuliner, penjual tradisional, maupun pengusaha muda yang mencoba memberikan sentuhan modern pada penyajiannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline