Lihat ke Halaman Asli

Larasati Restu Aulia Lathifa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Krisis Ekonomi di Inggris: Brexit dan Efek Dominonya

Diperbarui: 8 Oktober 2022   21:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Vuk Valcic / Alamy Stock Photo 

Inggris digoncang krisis ekonomi yang diprediksi akan mempercepat kejatuhan negara Big Bang tersebut ke dalam jurang resesi. Imbas dari pandemi, perlambatan pemulihan ekonomi pasca pandemi, tingginya inflasi, hingga Brexit disebut sebagai penyebab krisis ekonomi menghantam Inggris. Akan tetapi, apa yang sebenarnya terjadi di Inggris?

Imbas Brexit

Pasca keluarnya Inggris dari Uni Eropa melalui Brexit, perekonomian Inggis menjadi tidak stabil. Brexit membuat perbatasan kepabean antara Inggris dan Uni Eropa berlaku kembali yang berarti akan ada dokumen resmi yang menyatakan barang-barang tersebut sesuai dengan standar UE dan pengecekan untuk setiap ribuan barang expor-impor Inggris karena Inggris secara resmi diposisikan sebagai "negara ketiga", seperti Australia dan US yang ingin melakukan perdagangan dengan UE sebagai pasar tunggal. Di samping itu, Inggris juga kehilangan kebebasannya dalam perdagangan barang, jasa, modal, dan tenaga kerja. 

(Sumber: Eurostat)

Dalam sebuah laporan yang berjudul "The Big Brexit -- the 26th report for The Economy 2030 Inquiry", tercatat Inggris kehilangan pangsa pasar di tiga pasar impor barang non-UE terbesarnya pada tahun 2021, yaitu AS, Kanada, dan Jepang.

Tingginya Inflasi

Inggris mengalami inflasi tertinggi mencapai 10% pada tahun 2022.  Brexit memainkan peran besar mengingat saat kepabean berlaku antara Inggris dan UE, maka tarif impor menjadi lebih mahal. Padahal, dapat dikatakan Inggris sangat bergantung terhadap impor untuk memenuhi kebutuhan negaranya. Harga makanan dan bahan bakar melonjak drastis akibat tingginya tekanan permintaan rumah tangga yang tidak sebanding dengan ketersediaan.

(Sumber: Guardians, ONS)

Data ONS tersebut menunjukan bahwa harga bahan bakar naik hingga 45% disusul dengan naiknya harga sejumlah bahan makanan. Harga-harga semakin naik, tetapi pendapatan tetap sangat berpotensi membawa Inggris pada krisis yang lebih parah. Sejumlah artikel pemberitaan menceritakan bagaimana sejumlah anak di sekolah kelaparan akibat orang tuanya tidak mampu untuk membawakan bekal, bahkan di antara mereka ada yang sampai memakan penghapus untuk menghilangkan lapar.

(Sumber: Guardians, ONS)

Berdasarkan grafik di atas, selain brexit, perang Rusia-Ukraina juga menjadi penyebab mengapa inflasi melonjak tajam. Perang keduanya membuat kelangkaan bahan bakar terjadi dan banyak negara di Eropa termasuk Inggris mengalami krisis energi. Pasar minyak semakin ketat dan harga semakin mahal. Berdasarkan laporan Bloomberg, diperkirakan Inggris hanya memiliki seperenam pasokan energi dari total kebutuhan domestik pada musim dingin nanti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline