YOGYAKARTA - Di tengah gemerlap malam, langkah seorang wanita berusia 67 tahun tetap tegar menyusuri jalanan sekitar Tugu Jogja. Ia adalah Bu Jum, sosok yang telah mengukir sejarah hidupnya selama tiga puluh tahun di tempat parkir yang menjadi saksi bisu perjalanan panjangnya. Seiring waktu, Bu Jum tidak hanya menjadi penjaga tempat parkir, melainkan juga penjaga kehidupan bagi keluarganya.
Kisah hidup Bu Jum dimulai dari sebuah keputusan mengharukan. Suaminya yang tak mampu bekerja membuatnya mengambil langkah berani menjadi tukang parkir demi menyambung hidup. Dengan setia, setiap hari ia berjalan kaki dari rumahnya menuju area parkir, mengukir kisah perjalanan panjang untuk menafkahi keluarganya. Mulai jam 10 pagi hingga jam 9 malam, Bu Jum menjadi penjaga setia saksi bisu setiap peristiwa di area parkir yang dipercayakan kepadanya. Namun, keuntungan yang ia raih setiap hari tidak sebanding dengan keringat dan usahanya. Penghasilan yang diperoleh berkisar antara Rp 30.000 hingga Rp 50.000 harus disisihkan untuk membayar pajak yang selalu setia mengintai.
Pertanyaan sering kali muncul di benak orang-orang yang melihatnya, "Kenapa menjadi tukang parkir?" Jawabannya sangatlah sederhana. Bu Jum memilih jalur ini karena tidak memerlukan modal dan lebih memilih untuk tidak merepotkan anak-anaknya yang sudah sibuk dengan kehidupan masing-masing. “Kalau saya jualan makanan kan perlu modal nduk, tapi kalau jadi tukang parkir kan nggak perlu modal, saya juga nggak mau merepotkan anak kalau bisa ya cari makan ngepyuri putu sama anak,” ungkapnya.
Di mata Bu Jum, setiap langkahnya adalah syair, setiap hari adalah bait dalam sajak hidupnya. Meski untung yang ia dapatkan tidak melimpah, namun kekayaan dalam bentuk keikhlasan dan keteguhan hati menjadi harta yang tak ternilai. Kisah Bu Jum bukan hanya terletak pada perjalanan hidupnya yang penuh liku, melainkan pada bagaimana ia menjalani kehidupan dengan penuh semangat dan keikhlasan.
Sebuah kisah yang menunjukkan bahwa kehidupan tak selalu tentang seberapa besar materi yang dimiliki, melainkan dengan membuktikan bahwa nilai sejati terletak pada setiap langkah yang diambil, dan kebahagiaan sejati muncul dari tindakan tanpa pamrih yang menciptakan ikatan batin dengan dunia sekitarnya. Bu Jum bukan sekadar seorang tukang parkir; ia adalah pahlawan dalam kisah kehidupan yang membuktikan bahwa keberanian, keteguhan, dan keikhlasan masih memiliki tempat di tengah gemerlap malam dan rintangan kehidupan.
Hidup Bu Jum adalah contoh nyata bahwa manusia tidak selalu harus memiliki banyak harta untuk menjadi kaya. Kekayaan sejati, menurutnya, bukan hanya tentang uang atau harta benda, melainkan tentang bagaimana kita menyikapi hidup dan menjalani setiap hari dengan penuh semangat dan integritas. Perjalanan hidup Bu Jum juga mencerminkan kekuatan perempuan di tengah-tengah kesulitan. Ia tidak menyerah di hadapan tantangan hidup, melainkan memilih untuk bangkit dan berjuang dengan tekad yang kuat. Di usia 67 tahun, Bu Jum tetap menjaga tempat parkir dengan penuh semangat, memberikan inspirasi kepada banyak orang tentang arti sejati dari keteguhan hati dan kehidupan yang bermakna.
Kisah Bu Jum mengajarkan kita bahwa kebahagiaan sejati tidak selalu ditemukan dalam kekayaan materi, melainkan dalam keikhlasan, integritas, dan dedikasi terhadap kehidupan. Ia adalah pahlawan sehari-hari yang memancarkan sinar keberanian dan kebaikan di tengah-tengah kegelapan malam. Dengan langkah tegar di sepanjang jalanan Tugu Jogja, Bu Jum menjadi inspirasi bagi kita semua untuk menjalani hidup dengan penuh makna, bahkan di saat-saat sulit. (LA)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H