Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Budaya Bangsa Lain Lewat Pertukaran Pelajar, Kapan Lagi Kalau Bukan Sekarang?

Diperbarui: 18 Juni 2015   00:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Sambas Duta Pelajar ke Jepang. (SAMBAS, TRIBUN)

[caption id="" align="aligncenter" width="534" caption="Ilustrasi - Sambas Duta Pelajar ke Jepang. (SAMBAS, TRIBUN) "][/caption]

Pernah bermimpi sekolah di luar negeri? Ingin memperkenalkan ‘ini lho, aku orang Indonesia!’ kepada bangsa-bangsa lain di luar sana? Ingin tahu bagaimana rasanya hidup di negara empat musim? Kalau begitu, cobalah ikut AFS/YES!

Ada satu lembaga nirlaba di Indonesia, namanya Bina Antarbudaya. Lembaga ini mengelola program pertukaran pelajar ke luar negeri untuk tingkat SMA, bermitra dengan AFS Intercultural Program yang mengirim peserta-peserta Indonesia ke negara-negara Eropa, Amerika Serikat dan Selandia Baru, serta Kennedy-Lugar YES yang mengkhususkan pengiriman dari negara-negara mayoritas muslim ke Amerika Serikat dalam rangka meningkatkan rasa toleransi antarbangsa dan agama.

Pertukaran pelajar AFS ini sudah lama ada di Indonesia, returnee-nya sangat banyak, sejumlah di antaranya pun sudah dikenal luas namanya. Di antara mereka yang pernah mengikuti AFS dan belajar di luar negeri adalah Taufiq Ismail, Najwa Shihab, Uli Herdinansyah, Indra Herlambang dan Anies Baswedan. Tahun ini, putri pertama pak Anies, Mutiara Baswedan pun tengah mengikuti pertukaran pelajar AFS di Denmark.

Program pertukaran pelajar ini memang hanya dikhususkan untuk pelajar yang masih duduk di kelas X SMA atau setingkatnya dengan umur yang ideal. Dikhususkan seperti itu karena proses seleksinya berbulan-bulan, belum lagi menentukan negara tujuan dan host family (hostfam), waktu keberangkatan pun dilakukan saat peserta sudah duduk di kelas XII.

Karena itu, untuk teman-teman yang masih kelas satu SMA, ayo dicoba! Walaupun nantinya peserta harus melanjutkan SMA lagi di SMA asal dan sekolah SMA jadi 4 tahun, hal itu tidak akan menjadi masalah, karena pengalaman yang didapat selama setahun belajar di luar negeri tentu lebih mahal harganya. Lagi pula kesempatan untuk mendaftar hanya bisa sekali untuk selamanya!

Cara mendaftarnya mudah, Bina Antarbudaya memiliki banyak chapter yang tersebar di seluruh Indonesia, teman-teman cukup mengunjungi chapter terdekat jika berniat untuk mendaftar. Atau biasanya kakak-kakak volunteer dari setiap chapter akan datang untuk sosialisasi di sekolah-sekolah. Waktu pendaftaran biasanya dibuka sekitar bulan-bulan awal tahun.

Untuk keterangan lebih lengkap soal seleksi yang terkini, saya menghubungi seorang kawan, namanya Ivan. Ivan adalah salah satu peserta AFS untuk tahun keberangkatan 2015-2016 dari Chapter Surabaya, yang saat ini duduk di kelas XI SMAN 2 Kediri.

Awalnya Ivan tahu tentang AFS dari majalah bulanan sekolahnya yang mengulas berita tentang kakak kelasnya yang baru kembali dari Amerika dan Belgia. Dia menjadi tertarik untuk mengikuti AFS, karena selain untuk mencari pengalaman dan terasa keren kalau bisa SMA di luar negeri, dia juga ingin menjadi duta Indonesia ke dunia luar untuk memperkenalkan how beautiful Indonesia is.

Kata Ivan, seleksi AFS ini ada tiga tahap. Tetapi sebelum seleksi dia harus mendaftar dulu secara online. Selain itu, karena peserta dari asal kotanya itu jumlahnya sedikit, Ivan harus datang jauh-jauh ke Surabaya untuk mengikuti tes.

Tes tahap pertama berupa tes tulis. Ada tes pengetahuan umum, membuat essay tentang diri sendiri dan tes Bahasa Inggris. Tes pengetahuan umum yang disebut di sini adalah pengetahuan umum yang benar-benar umum. Ada soal Matematika, Biologi, Sejarah, berita-berita nasional dan internasional yang sedang trending, dan lain-lain.

Seleksi dua adalah wawancara. Kata Ivan, dia diwawancara banyak tentang kepribadian, kebiasaan, halangan-halangan yang akan dihadapi, bahkan ditakut-takuti oleh pewawancara untuk mengetes seberapa kuat mentalnya dan bagi peserta yang belum sanggup bisa mundur dengan sendirinya seperti seleksi alam.

Selanjutnya seleksi ketiga adalah dinamika kelompok. Peserta yang lolos tes tahap kedua akan dibagi menjadi sejumlah kelompok dan setiap kelompok diberi suatu permasalahan untuk diselesaikan bersama. Dari sana akan dinilai seberapa aktif dan kritis para pesertanya dalam menyelesaikan suatu masalah yang genting. Ketika saya bertanya kepada Ivan apa tipsnya supaya lolos, dia menjawab, yang penting adalah menjadi diri sendiri karena peserta tidak akan tahu apa yang akan dihadapi di tes-tes tersebut. Keep calm, don’t panic and be yourself.

Setelah dinyatakan lolos tahap ketiga, saat ini Ivan berada di tahap seleksi berkas dari seluruh chapter di Indonesia dan sedang menunggu e-mail dari pusat untuk kelanjutan di tahap berikutnya.

Well, tesnya menantang bukan? Jangan khawatir, ayo persiapkan dirimu!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline