Lihat ke Halaman Asli

Kartun, Apakah Hanya Dibuat Eksklusif untuk Anak-anak?

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi - Film animasi Petualangan Si Adi (Dok. Kemendikbud)

[caption id="" align="aligncenter" width="632" caption="Ilustrasi - Film animasi 'Petualangan Si Adi (Dok. Kemendikbud)"][/caption]

Dari dulu, hari Minggu merupakan harinya kartun animasi. Serial kartun ditayangkan nonstop mulai dari pagi hari hingga menjelang siang,  nanti diteruskan lagi sore harinya. Kadang-kadang ada tayangan film kartun yang juga ditayangkan siang-siang atau maghrib, terutama di  musim liburan. Tentunya bagi anak-anak usia sekolah (terutama Sekolah Dasar), televisi menjadi barang wajib di hari Minggu. Jika tidak diingatkan orangtua mereka untuk membagi waktu, bisa-bisa kewajiban mereka yang lain jadi terlupakan karena kebanyakan menonton kartun.

Karena memang hampir seluruh anak di berbagai belahan dunia menyaksikan dan menyukai animasi kartun, persepsi bahwa kartun identik dengan tontonan khusus anak-anak pun timbul. Padahal kenyataannya tidak begitu. Kartun, baik itu yang dua dimensi , tiga dimensi, claymation (animasi tanah liat), dan lain-lain dapat dinikmati oleh siapapun dengan usia berapapun. Orang dewasa sekiranya tidak perlu malu jika menonton kartun atau mengolok-olok kawan yang masih suka menyaksikannya.

Animasi sendiri sebenarnya hanyalah sebuah format penyajian dari suatu film/serial, dan tidak berpengaruh terhadap jalan maupun kompleksitas cerita. Lagipula, ada banyak sutradara yang memilih animasi sebagai format penyajian film mereka agar dapat menyampaikan pesan tertentu yang tidak terasa jika menggunakan live-action. Misalnya Persepolis, film dengan latar Iran masa Revolusi Islam yang menggunakan format animasi dua dimensi dengan warna monokrom untuk menggambarkan latar cerita yang suram, atau Yellow Submarine yang sangat kental dengan nuansa psychedelic yang merupakan trademark the Beatles era Sgt. Pepper.

Contoh sederhana bahwa kartun dapat ditonton siapa saja dapat kita lihat di Jepang. Di Negeri Sakura sana, kartun dua dimensi (atau yang lebih terkenal dengan sebutan anime) sudah sangat mendarah daging dan membudaya di masyarakatnya, dari usia kanak-kanak hingga usia dewasa. Di Jepang sendiri ada banyak sekali production house yang memproduksi anime dengan berbagai genre dan tingkat kompleksitas cerita yang juga berbeda-beda. Ada yang ceritanya ringan dan dikhususkan untuk anak-anak seperti Doraemon, misalnya. Ada juga yang dikhususkan untuk yang usia remaja ke atas, seperti Sword Art Online, dan lain-lain.

Berangkat dari hal itulah, kita yang memiliki saudara yang lebih kecil harus pandai-pandai memilihkan tontonan untuk mereka. Jangan karena menggunakan format animasi kita jadi berfikiran bahwa animasi yang mereka tonton benar-benar tayangan yang tepat untuk usia yang bersangkutan. Karena di Indonesia sendiri ada banyak tayangan kartun luar negeri yang menampilkan banyak adegan kekerasan atau hal lain yang tidak patut untuk ditunjukkan ke anak yang masih belia, tetapi menggunakan penampilan yang disukai anak-anak sehingga sulit dipantau. Seperti Shinchan dan Tom and Jerry. Banyak yang memprotes dua serial tersebut karena karakter-karakternya memberi contoh yang tidak baik untuk anak-anak. Padahal sebenarnya Shinchan memang bukan serial yang ditujukan kepada anak-anak, hanya stasiun televisi kita yang menayangkan serial ini memang keliru karena tidak meninjau ulang isi dari serial ini.

Contoh lainnya adalah webisode Happy Tree Friends. Miniseri yang dapat ditonton bebas di YouTube ini memang menggunakan karakter dengan penggambaran bentuk wajah dan fisik yang lucu, tetapi pertunjukan mereka yang sebenarnya adalah kesadisan yang ditunjukkan oleh kecelakaan-kecelakaan sadis yang menimpa karakter-karakternya di setiap episode.

Lalu, apa yang harus kita lakukan supaya animasi yang ditonton adik-adik kita ini pantas untuk usia mereka?

Cara simpelnya, adalah ikut menonton. Tapi tentunya itu akan memakan waktu yang banyak. Untungnya ada cara lain yang tidak kalah efektif, yaitu dengan menggunakan Internet. Luangkanlah sedikit waktu untuk browsing mengenai animasi mana yang bisa ditujukan kepada semua orang, ataupun yang tidak patut untuk ditonton anak-anak.

Salah satu situs yang menyediakan arsip tentang serba-serbi film (khususnya dalam hal ini adalah animasi) adalah IMDb. Teman-teman hanya perlu membuka halaman film/serial yang dituju dan meng-klik link Parents Guide. Di halaman itu ada beberapa tulisan yang di-post oleh member premium yang berisikan tentang hal-hal yang tidak baik jika ditunjukkan kepada anak-anak, misalnya kata-kata kasar atau kekerasan. Beginilah screenshot-nya:

[caption id="attachment_341689" align="aligncenter" width="560" caption="screenshot film Spirited Away di IMDb"]

1410169049955381864

[/caption] [caption id="attachment_341697" align="aligncenter" width="560" caption="halaman Parents Guide serial Detective Conan"]

14101697051901937326

[/caption] Mudah bukan? Ayo, pandai-pandai menyeleksi kartun untuk adik-adik kita, dan jangan gengsi nonton kartun! screenshot & edit: dok. pribadi



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline