[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Anti Galau"][/caption] Adalah seorang pria, galau, sebenarnya dia ga galau, tapi menurut teman-temannya dia lagi galau, memutuskan berlari di antara rumah-rumah para jenderal. Bagaimana pun dia ga mau galau merasuki dirinya, makanya dia memutuskan untuk berolahraga, berlari. Dalam pelariannya, hanya tanya yang mengalauinya, "Why? Why, Why?" Why saya begitu jelek Tuhan? Why tinggi badan saya segini-segini aja Tuhan? Padahal kan saya six pack. Why IPK saya jelek Tuhan? Kan saya udah giat belajar. Why gadis yang saya suka ga mau lagi bermain dengan saya Tuhan? Kan saya udah sayang banget. Sampai pada saatnya, ilham itu datang, bukan dalam rupa seekor merpati, atau pun dalam bentuk nyala api, apalagi kakek-kakek. Hahahah.. Tapi kesadaran, tahu diri, ikhlas, pasrah.
Why dia ga pernah bertanya? "Why sekolah saya gratis Tuhan? Diberi uang saku lagi. Why saya ga perlu repot-repot mencari kerja Tuhan? Why tunjangan saya gede Tuhan? Padahal kan saya single." Why?
Akhirnya pria galau itu pun tersenyum - walau dia sadar bahwa bahwa dia akan makin jelek karena tersenyum, karna mendapat pengertian, mendapat pemahaman, hasil masturbasinya sambil berlari. Bagaimana pun, jika untuk hal-hal seperti ini seorang pria telah digalaukan, bagaimana dia hendak dipercaya untuk hal-hal yang lebih besar? Seperti mencintai, mengasihi, menjadi suami, ayah, dan menjadi boss. Aamiin. Hahahahah..
Happy Monday! :D
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H