Menikmati aliran kopi panas di sebuah warung tua sambil pura-pura membaca surat kabar. Dan tak terlupakan kepulan asap rokok bak kabut yang keluar dari mulut para lelaki penghuni warung. Sebuah pemandangan yang selalu kita jumpai di sudut-sudut kota maupun desa di Aceh. Tepatnya di warung-warung kopi pemanja kaum produktif baik dari petani maupun mereka yang berprofesi sebagai pengusaha ataupun pegawai pemerintahan.
Bagi sebagian besar masyarakat Aceh, warung kopi telah menjadi pusat informasi yang akan mendistribusikan segala informasi terkini. Membahasnya dalam diskusi-diskusi ringan meliputi segala materi, politik, ekonomi, sosial, budaya, agama dan olahraga. Disinilah, para pemuda belajar untuk berdebat, loby dan lainnya. Disinilah para orang belajar tentang ketertinggalan informasi. Dan disinilah segala lapisan masyarakat bangkit menatap kemajuan dunia.
Pak Leman, seorang tua penghuni setia warung kopi. Baginya, warung kopi telah menjadi rumah kedua. Setiap waktu luang dia habiskan disini. Pagi-pagi sebalum berangkat ke ladang, dia telah berada di warung kopi, sekedar memanjakan lidah dengan kopi kesukaannya untuk menambah gairah (katanya) bekerja di ladang. Di waktu ini, tak ada kesempatan baginya untuk membuka lembaran surat kabar yang telah menjadi langganan masyarakat. Karena di pagi hari, harian berita tersebut telah diperebutkan oleh para tokoh-tokoh masyarakat yang mencari informasi pemerintahan. Para toke yang haus info bisnis, para pegawai pemerintah yang asyik melahap berita dan para pelajar yang sok melek informasi.
Pak Leman, si tua yang gemar membaca ini telah menjadi langgana tetap warung kopi di desa. Berbekal tamatan paket A, beliau mulai mengeja deretan huruf surat kabar, mencerna informasi-informasi, berita-berita, infotaiment, sport, luar negeri, bisnis dan segala berita yang diberitakannya. Baginya membaca agar dia tahu dan tidak dibodoh-bodohi oleh orang-orang pintar. Dan kesempatan dia membaca surat kabar hanya ada ketika hari menjelang siang. Disaat dia rehat dari pekerjaan taninya, disaat penghuni warung mulai sepi. Dia menyerap segala yang ada dan menyimpan ketidaktahuaannya untuk dipertanyakan di malam hari. Tentunya kepada mereka yang katanya pengejar ilmu di dunia pendidikan.
Dan tersebutlah, Pak Leman sebagai Sarjana Warung kopi karena dia telah belajar dari informais yang tersebar dan berputar di antara asap rokok dan aroma kopi di warung kopi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H