Lihat ke Halaman Asli

La Ode Supriono

Masih belajar menulis

Sajak Keabadian

Diperbarui: 20 Juli 2020   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Almarhum Sapardi Djoko Damono (Sumber: teraslampung.com)

Tahukah engkau, wahai pemahat kata. Bahwa sajak-sajakmu telah mengalir bersama darah di nadi, menuju lembah pikir menyejukkan akal. Menuju palung hati menyemai rasa. Namun kini engkau pergi...

Tahukah engkau, wahai pelukis makna dalam kata. Hingga saat ini banyak yang mencarimu disetiap bait sajak-sajakmu. Tak lagi ditemui ragamu, namun dalamnya makna sajak-sajakmu selalu saja membuat berladung air mata. Ragamu tiada, jiwamu hidup bersama bait sajak-sajakmu.

Duhai penenang jiwa, kini permadani surga telah terbentang luas bersama deretan kata dalam sajak ukhrawimu. Bait-bait sajak itu menghadap Tuhan dalam senyap. Lalu dengan eloknya, sajakmu membelai dedaunan di taman surga Jannatul Firdaus. 

Duhai penenang jiwa, engkau tak pergi, namun hidup dalam keabadian. Dalam pelukan Tuhan di jantung nirwana. Selamat jalan duhai jiwa yang tak pernah mati. Namamu kan abadi dalam karyamu. Tenanglah dalam kasih sayang Ilahi.

Makassar, 20 Juli 2020

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline