Lihat ke Halaman Asli

Clinton, Yahya Zaini dan Golkar

Diperbarui: 7 Juni 2016   21:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bill Clinton dalam sebuah sesi pernah mengatakan jika ia hanya 8 tahun di Gedung Putih, akan tetapi ia dapat membuat cerita hingga 20 tahun kedepan. Cerita di penghujung karir Clinton yang menggemparkan AS pada 1998 tersebut memang berdampak besar hingga kini. Tetapi, rasanya simpati publik pada Hillary Clinton pada saat itu tak seperti yang ia dapatkan kini saat ia banyak membutuhkan suara untuk merengkuh jabatan Presiden.

Hampir 20 tahun lalu, skandal Lewinski juga membayangi Hillary. Clinton memang telah membuat cerita, skandal seks memang seksi untuk dijadikan berita. Hot. Apalagi skandal seks yang melibatkan politisi, nilai beritanya bisa berkali-kali lipat mengundang hasrat penasaran pembaca.

Jika Bill Clinton terlibat skandal seks diujung sekaligus puncak karir sebagai politisi. Yahya Zaini beda lagi. Politisi beringin ini terlibat skandal seks ketika karirnya sedang menanjak. Bill Clinton juga berhasil lepas dari jeratan impeachment, Yahya Zaini undur diri dari jabatan politik di DPR RI kala itu. Beda nasib dan nasab kedua politisi tersebut. Tetapi keduanya sama-sama dikelilingi wanita hebat. Keluarga mereka tak retak dan pecah karena kenakalan suaminya yang sudah kelewat batas.

Yahya Zaini, 10 tahun lebih namanya hilang dari peredaran politik tanah air, tiba-tiba saja namanya muncul pada lembaran-lembaran tak resmi kepengurusan Setya Novanto. Publik yang tak tahu juntrunganya, pantas bertanya. Kenapa Setnov memilih tokoh ini ? Apakah tidak akan menganggu citra partai ?. Tentunya bukan tanpa alasan, sayang saja namanya hilang pada saat pengumuman pengurus DPP Partai Golkar. Faktor kinerja, loyalitas, totalitas dan kesanggupan untuk menjaga partai dari dalam jadi salah satu rujukan kenapa Yahya kembali terpilih. Selain juga Yahya ada "think thank" dari tim Setnov yang tak tergantikan.

Yahya Zaini cukup "berkeringat" untuk memenangkan Setnov. Ia konseptor ulung di tim, pengarah isu hingga designer kemenangan Setnov. Dalam konteks ini, Yahya pantas mendapatkan imbalan atas perjuanganya. Meskipun ia dan Golkar juga perlu berhitung dengan keinginan publik.

Utamanya Yahya, yang menghilang saat menapaki karir. Tepat jugakah ia kembali turun gunung, kembali ke ruang publik ?. Apakah ia tak lebih nyaman berada dibalik layar kejayaan Golkar ?. Dan tentunya penting baginya, jika ia "turn back" apa target besar yang ingin ia capai.

Pasca turun dari jabatan Presiden, Clinton mengambil peran dengan beragam aktivitas sosial. Perannya untuk membantu negara juga tidak dinafikan. Clinton dikenal sebagai presiden ke-42 AS yang membangkitkan perekonomian AS dengan dahsyat. Publik tidak ragu dengan kapasitasnya soal ini. Clinton cukup teruji mengurangi penggangguran dan meningkatkan optimisme warga Amerika. Cacat moralnya, sebanding dengan kiprahnya membangun harapan dan kejayaan Amerika.

Lalu, dengan tampilnya Yahya Zaini dalam ranah-ranah strategis pengambilan keputusan Partai Golkar, bisakah ia mengambil peran yang lebih jauh strategis. Setidaknya bagi internal beringin, ia dapat membangkitkan gairah perkaderan dan kejayaan Golkar. Ini jelas tantanganya yang paling besar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline