Lihat ke Halaman Asli

Soal Ahok, Golkar Terbelah

Diperbarui: 24 Mei 2016   10:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tak hanya manuver soal Jokowi yang mau dicalonkan jadi Capres 2016. Golkar dibawah kepemimpinan Setnov juga bermanuver soal Ahok. Signal dukungan Golkar ke Ahok tampak dari berbagai pernyataan Setnov sendiri. 

"(Ahok diusung dalam Pilgub DKI) Itu salah satu. Kita evaluasi terus. Apa yang terbaik buat Partai Golkar, itu pasti yang tepat yang akan dipilih," kata Setnov dalam wawancara dengan sebuah stasiun TV.

Golkar sebagai sebuah organisasi, tentu memiliki aturan main. Punya mekanisme dalam penetapan calon. Lha wong kader sendiri yang mau calonkan diri aja ribetnya setengah mati. Apalagi ini mantan kader yang sudah memastikan akan nyalon independen. Ahok jelas-jelas menegaskan, tetap akan calonkan diri secara independen meskipun Golkar dan PDIP sekalipun yang dukung.

Wajar kalau Firman Soebagjo menolak keras arah Golkar untuk dukung Ahok yang sudah mantap mencalonkan diri dari jalur independen. Yaah, Ahok melakukan deparpolisasi yang cukup telak jika Golkar tetap ngotot calonkan Ahok yang tak anggap partai politik. Ahok yang sudah lupa diri darimana dia dilahirkan, kenapa harus didukung pula. Pragmatisme politiknya Golkar juga harus rasional dalam konteks ini. Ahok bukan pilihan yang terbaik buat Golkar.

Ada beberapa kader Golkar yang sebetulnya juga mumpuni untuk bertarung di Jakarta, sebutlah Tantowi Yahya atau Fayakhun Andriadi. Keduanya kader tulen partai yang cukup mengakar. Kenapa tidak mengusung kadernya sendiri, kenapa tidak untuk berkoalisi pula dengan partai lain misalnya Gerindra dan PDIP yang juga belum menetapkan calonnya. Selain Ahok, Golkar juga punya pilihan lain seperti Yusril Ihza Mahendra yang banyak membantu Golkar di era Aburizal Bakrie atau Sandiaga Uno atau Sjafrie Sjamsudin yang belakangan namanya juga mulai muncul di publik.

Golkar butuh kecermatan khusus untuk memilih kandidatnya di Ibukota, ini juga pertaruhan Setnov diawal masa kepemimpinanya. Ia harus jeli memilih kandidat Golkar di Ibukota. Jangan sampai seperti periode sebelumnya, hanya jadi bulan-bulanan saja. Mekanisme organisasi harus ditertibkan jangan seenak udelnya saja dalam menetapkan kandidat. Kebesaran Golkar akan teruji dan diuji disini.

Kunci utamanya memang dalam mekanisme penetapan, Golkar bukan partai gurem yang dengan mudahnya mengarahkan pilihan tanpa hitunga-hitungan politik yang matang. Situasi bisa berubah setiap saat, Ahok punya kesempatan mendapatkan dukungan Golkar. Golkar juga punya cara dalam menetapkan kandidat. Semua akan ditentukan pada waktunya, pada waktu yang tepat.

Tentunya, jika ada kader terbaiknya, Golkar perlu untuk berpikir keras mendukung kadernya sendiri. Meskipun semua juga harus realistis, apapun pilihanya. Golkar harus menang di Ibukota. Ibukota adalah gengsi. Nama besar Golkar akan dipertaruhkan disini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline