Lihat ke Halaman Asli

Trie Yas

TERVERIFIKASI

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Mengintip Proses Kreatif Balawan, Kolaborasi Gamelan

Diperbarui: 20 Desember 2017   11:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Balawan (Foto Trie Yas)

Gitaris papan atas I wayan Balawan terkenal memiliki tapping luar biasa. Selain itu dia juga gemar memasukkan nuansa etnik Bali yang sangat kental dalam setiap lagunya. Kepiawaiannya dengan delapan jari pada gitar, dimana jari-jari kiri dan kanan secara bersamaan memainkan bass, chords, dan melody, seakan-akan dia memainkan piano dengan sangat indah dipadu dengan gemericik cengceng, rindik, reong, suling, genjek, kemply, simbal, dan kendang.

Musik yang diusung Pria 38 tahun ini memang tak lazim. Tawaran manggung pun lebih banyak datang dari luar negeri. Karena alasan itu dia lebih merasa enjoy berkarya di luar. "Antusias penikmat musik luar negeri lebih banyak di banding disini," ujarnya.

Infografis: Trie yas.

Memadukan Guitar dengan gamelan, tidaklah mudah, Musisi yang lahir di Gianyar, Bali pada 9 September 1973 ini sempat dibuat pusing karena suara gitar dan gamelan tak bisa sama. Akhirnya dia menemukan alasannya. Bahan logam gamelan menjadi penyebab suara yang tak seragam itu. "Gamelan yang terbuat dari kuningan suaranya cepat berubah jika digunakan beberapa kali. Makanya harus sering distem dengan cara menggosok pakai gerinda," katanya.

Balawan lantas melakukan sejumlah mofikasi. Bahan gamelan tak lagi memakai kuningan, tapi diganti dengan besi baja. Suaranya tak berubah-ubah meski digunakan berapa kali pun.

Gamelan khas bali itu lalu disusun dari nada terendah ke nada tertinggi, mulai do-re-mi-fa-so-la-si-do. Dimainkan dua orang secara bersama-sama. Lantas ditambah instrumen lain, yakni gendang, bas, dan seruling sehingga tak terkesan monoton.

Kolaborasi gamelan dan gitar yang dimainkannya berakar dari gamelan khas Bali itu ternyata lebih di sukai orang luar. Kesan suara gamelan buat mengantuk disulap menjadi lebih bervariasi dan yang mendengarkan akan dibuat berpikir.

"Kolaborasi saya dengan gamelan ini lebih banyak disukai orang luar. Makanya hampir setiap bulan selalu tampil di luar negeri," katanya.

*

* Tulisan ini juga dimuat di lananews.id

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline