Lihat ke Halaman Asli

Trie Yas

TERVERIFIKASI

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Pesona Gunung Beruk, Kalibirunya Ponorogo

Diperbarui: 4 April 2017   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gunung Beruk adalah Kaliburunya Ponorogo.

Siapa yang tidak terkesan saat pertama memandang alam terbuka dari puncak Gunung Beruk, Desa Karangpatihan, Balong, Ponorogo,  Jawa Timur. Berada di tengah perbukitan. Pengunjung seperti tepat berada di poros gunung. Perkebunan warga yang berundak nan apik di sisi bukit yang mengelilingi sehingga banyak spot foto yang dapat dipilih pengunjung. 

Dari alon-alon Ponorogo dengan kendaraan bermotor bisa ditempuh sekitar 45 menit . Ambil Jalur Ponorogo Pacitan Terus keselatan, sampai perempatan pasar Balong.  Kemudian Belok kekanan (Barat), sampai perempatan Ngumpul lurus ke barat.

Setelah memasuki gapura desa Karang Patihan, kita akan temui perempatan Karang Patihan. Belok kiri arah Selatan, kurang lebih 500 meter, ada perempatan belok ke barat. Ikuti saja jalannya sampai kawasan gunung Beruk.  hati-hati saat musim hujan karena jalan menuju ke lokasi belum beraspal dan belum dicor, jalan masuk hanya jajaran batu pegunungan. Sehingga, saat hujan mengguyur jalan itu menjadi licin dan pengunjung harus hati-hati.

Jarak dari pakir ke lokasi tidak terlalu jauh tetapi tetap menguras tenaga karena medan jalan yang turun nanjak.

Selama  perjalanan, Anda akan disuguhi pemandangan sawah dan kebun jeruk milik warga setempat. Anda pun akan melihat deretan perbukitan yang dipenuhi pohon. Sesampai di pakiran yang hanya perlu merogoh kocek Rp3.000/orang. Pengunjung hanya membutuhkan waktu sekitar sepuluh menit berjalan kaki dari lokasi parkir. Namun, tentu dibutuhkan sedikit perjuangan lantaran jalan menanjak.

Banyak pengunjung tertipu dengan berharap bertemu banyak kera. Sebab, nama Beruk juga berarti kera. Tetapi Beruk yang dimaksud adalah batok kelapa. Bukit Gunung Beruk berbentuk seperti batok kelapa tengkurap. Untuk itu, puncak cukup mudah dijangkau lantaran bentuknya tidak menjulang tinggi.

Setelah capek dalam perjalanan, pengujung bisa beristirahat di rumah pohon.

Ada tiga pos yang bisa menjadi tempat melepas lelah pengunjung sambil tiduran di rumah pohon yang ada di antara pohon-pohon rindang dan sejuk. Di setiap pos selain rumah pohon ada wahana out bond. Jika rumah pohon terbuka untuk umum, wahana out bond tidak disediakan secara umum, jadi sebelumnya pengunjung harus memesan kepada pengelola. Sedang untuk panjat tebing dan olahraga ekstrem lainnya pengelola tidak menyediakan peralatan. Pengunjung bisa membawa sendiri.

Selain rumah pohon juga terdapat wahana out bond.

Puncak Gunung Beruk berada di Pos ketiga dengan satu rumah pohon. Rumah pohon itu dipasang di pohon pinus yang memiliki ketinggian sekitar 20 meter. Pengelola sudah menyediakan tangga yang terbuat dari besi untuk memudahkan pengunjung naik ke rumah pohon. Dari rumah pohon di pos ketiga ini, pengunjung bisa melihat Ponorogo dari ketinggian sekitar 750 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Rumah pohon dengan ketinggian sekitar 20 meter, bisa melihat Ponorogo dari ketinggian sekitar 750 meter di atas permukaan laut (MDPL).

Mata pengunjung akan dimanjakan dengan pemandangan alam hijau yang terhampar luas. Saat melihat di sudut lain, pengunjung bisa melihat deretan perbukitan yang kokoh berdiri di atas bumi dengan ribuan tanaman hidup di atasnya.

Sepintas konsep rumah pohon di Gunung Beruk mirip dengan pengelolaan Kalibiru di Kulonprogo, Yogyakarta. Maka tak heran banyak traveler menganggap Gunung Beruk adalah Kalibirunya Ponorogo. Rumah pohon dibuat bermacam macam variasi dan kapasitas muat berapa orang. Sebelum naik pengunjung harus melihat keterangan yang ditempel di tiap rumah pohon. 

Setiap rumah pohon dibatasi yang naik karena menghindari resiko kerusakan.

Medan menuju puncak gunung beruk awalnya tidak ramah dan susah di capai tetapi Pohon berkat inisiasi sekelompok mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada yang melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa tersebut membantu Warga setempat membangun tempat tersebut hingga menjadi tempat wisata yang layak dikunjungi.

Kaum muda desa untuk memajukan desanya dengan membangkitkan potensi alam Desa yang indah dengan membuat kawasan wisata, Sejumlah warung makanan dan minuman didirikan. Media sosial dimanfatkan untuk mempromosikannya. Hasilnya pun menjanjikan, banyak traveler muda yang penasaran dan ingin berkunjung ke sana, kini ada ratusan pengunjung per hari yang datang dari berbagai wilayah dalam kota maupun luar kota.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline