Lihat ke Halaman Asli

Trie Yas

TERVERIFIKASI

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

14 Tahun Bom Bali I, Momen Kebangkitan Harus Dimulai

Diperbarui: 21 Oktober 2016   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dibangun Monumen Ground Zero untuk mengenang para korban Bom Bali I

Malam menjelang dini hari dentuman keras memporak-porandakan Bali 14 tahun lalu. Dalam hitungan detik, kobaran api membumbung tinggi ke udara. Peristiwa mengenaskan yang meninggalkan duka mendalam dan dikenal sebagai serangan teroris terdasyat sepanjang sejarah Indonesia.

Memakan korban sebanyak 202 jiwa dan 209 luka-luka yang terdiri dari turis luar negeri dan 38 orang dari Indonesia (kebanyakan warga Bali). Peristiwa teror yang lebih dikenal Bom Bali I merupakan serangan teroris terdahsyat dan mencoreng wajah Indonesia di mata dunia. Bali ialah ikon pariwisata Indonesia di mata dunia.

Pada tahun 2003, dibangun Monumen Ground Zero untuk mengenang para korban. Di mana, telah tertulis rapi nama-nama yang terletak tepat di bekas kejadian di Legian Kuta. Kawasan teramai dan terpadat di Bali karena menjadi ikon pariwisata Bali. Di sepanjang jalan ini terdapat banyak café, club, toko, dan hotel-hotel tempat menginap pada turis.

Legian Kuta, tempat Bom Bali I terjadi menjadi Kawasan teramai dan terpadat di Bali karena menjadi ikon pariwisata Bali. Di sepanjang jalan ini terdapat banyak café, club, toko-toko dan hotel-hotel tempat menginap pada turis.

Hari ini, Rabu 12 Oktober 2016, tepat 14 tahun teror mengerikan itu terjadi. Masyarakat kembali mengenang peristiwa pahit itu. Namun, peringatan yang digagas Yayasan Isana Dewata (tempat bernaung korban bom Bali ) tak lagi ingin mengumbar kesedihan. Meski tak bisa dipungkiri trauma masih tetap menghantui.  Tahun ke­-14 harus dijadikan momen kebangkitan.

Kebangkitan itu salah satunya ditunjukkan dengan peluncuran buku tentang kisah bagaimana 14 janda yang suaminya menjadi korban bom Bali, melanjutkan hidup. Buku yang dibuat setebal 82 halaman dalam bahasa Inggris dan Indonesia itu diberi judul "Janda-janda Korban". Dana yang terkumpul akan dijadikan bekal penulisan buku kedua dan ketiga yang mengangkat kisah korban langsung dan anak-anak korban bom Bali.

Trauma tentu masih ada, tetapi kita harus bangkit dan melanjutkan hidup.

Sudah 14 tahun bencana kemanusiaan yang merenggut ratusan orang-orang tak berdosa dari berbagai belahan dunia (bukan hanya kalangan non-Muslim) itu terjadi. Terlalu pedih hati mengenang kembali malam itu. Ada ratusan jiwa melayang, ratusan anak-anak yatim piatu, ratusan istri kehilangan suaminya, dan membuat jutaan tangis dari penjuru negeri. Namun manusia kembali tak punya kuasa atas apa pun kondisi yang memang sudah ditakdirkan waktu itu. 

Dan sudah waktunya kita bangkit dan selalu menjaga serta waspada teror mengerikan itu tak terulang lagi. *

foto-foto: Koleksi Pribadi : Trie yas (aka.lanang)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline