[caption caption="Abimana Aryasatra, Butet Kertaradjasa, dan Dian Sastro Sastrawardoyo membacakan karya Seno Gumira Ajidarma “Trilogi Alina”."][/caption]Keindahan dunia senja kembali diangkat Seno Gumira Ajidarma. Bertempat di Galeri Indonesia Kaya, Sabtu (13/2/15). Tiga karya cerpen Seno “Trilogi Alina” dibacakan oleh Abimana Aryasatra, Butet Kertaradjasa, dan Dian Sastro Sastrawardoyo. Pembacaan cerpen tersebut sebagai tanda diterbitkannya kembali kumpulan cerpen “Sepotong Senja Untuk Pacarku oleh penerbit Gramedia. Selain itu ingin memperkenalkan kembali seni membaca.
Kumpulan cerpen “Sepotong Senja untuk pacarku” diterbitkan seperempat abad lalu hingga sekarang masih banyak yang munyukainya. Bahkan tersebar luas dengan berantai oleh orang-orang yang menyalinnya menjadi surat dikirim untuk sang kekasih. Mengganti nama tokoh dalam cerita menjadi nama mereka.
“Dengan adanya acara ini saya ingin memperkenalkan kembali seni membaca seperti saat saya masih muda. Di radio seni membaca masih kurang, terlalu didominasi seni musik. Drama atau cerpen kurang berkembang. Padahal seni membaca tak kalah dengan seni musik dan bisa dieksplor diberbegai media termasuk televisi, ujar Seno Gumira Adjidarma. Trilogi Alina diselesaikan hampir sepuluh tahun.
[caption caption="Abimana menjadi pembaca pertama dengan cerita “Sepotong Senja Untuk Alina”."]
[/caption]Abimana. Aktor yang sedang naik daun ini menjadi pembaca pertama dengan cerita “Sepotong Senja Untuk Alina” cerpen yang mengisahkan seorang pria bernama Sukab yang memotong senja untuk kekasihnya, Alina. Abimana membacakan cerita tersebut dengan penuh penghayatan, suaranya lirih penuh rasa cinta. Adakalanya suaranya naik ketika membacakan bagian ia dikejar-kejar polisi karena dianggap mencuri senja dan kelakukannya itu membuat dunia gempar.
Buat Abimana, ini kali pertama mengenal seni membaca. “Ini pengalaman pertama, sempat takut mengecewakan makanya setelah baca langsung ke Mas Seno, ujar Abimana dibelakang panggung. “penampilan Abimana sangat bangus” Seno yang berada disamping Abimana langsung menimpali.
Jika Abimana membaca dengan penuh penghayatan dan cinta, beda dengan Butet yang membacakan cerita “Tukang pos Dalam Amplop” dengan gaya teatrikat yang kocak. Dunia teater memang bukan hal asing bagi Butet. Ia sudah beberapa kali membaca karya-karya Seno Gumira Ajidarma.
“Seni membaca berbeda dengan menyair. Seni membaca memberi nyawa pada kata-kata sehingga yang mendengar tertolong imajinasinya. Teks pasif menjadi hidup”, ujar Butet.
[caption caption="Dian Sastro membawakan Jawaban Alina dengan sangat apik, ada amarah, putus asa. "]
[/caption]Terakhir Dian Sastro dengan pakaian sporty membacakan cerpen “Jawaban Alina”. Tentang penolakan Alina terhadap cinta Sukab dan senja yang ia kirim menimbulkan bencana bukan karena terbungkus amplop kemerah-merahan berisi senja, tetapi senja dalam amplop terserbut baru tiba setelah sepuluh tahun. Tentunya banyak yang terjadi selama sepeluh tahun tersebut, kehidupan Alina sudah bisa dibilang sempurna, menjadi seorang istri, ibu.
Dian membawakan Jawaban Alina dengan sangat apik, ada amarah, putus asa. Meski bagi penggemar menyaksikan Dian di panggung seni membaca ini akan teringat sosok Cinta. Ah, memang Cinta adalah Dian dan Dian adalah Cinta.
*
[caption caption="Kumpulan cerpen “Sepotong Senja untuk pacarku” diterbitkan seperempat abad lalu hingga sekarang masih banyak yang munyukainya."]
[/caption]