Lihat ke Halaman Asli

Trie Yas

TERVERIFIKASI

Sehari-hari bekerja sebagai Graphic design, editing foto, editing video (motion graphic). Namun tetap menulis buat menyeimbangkan hidup.

Sebocor Apa Wayang Bocor dalam Perayaan ke-2 Galeri Indonesia Kaya?

Diperbarui: 11 Oktober 2015   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Wayang Bocor tetap dengan pakem pertunjukan sebuah wayang tradisi tetap dihadirkan yaitu permainan wayang dalam bayangan dengan menggunakan kelir dan sorot lampu."][/caption]

Seni wayang sekarang bukanlah sebuah seni tradisional yang hanya bisa dinikmati oleh kalangan tertentu, terbukti sekarang banyak seniman menginterpretasi wayang dengan beberapa eleman yang dapat dijangkau oleh semua kalangan masyarakat. Tidak hanya menghibur tetapi juga mendidik dan mengangkat tema yang menjadi isu hangat masyarakat.

Sujiwo Tejo mempunyai Wayang Jazz, Nanang Hape mengenalkan Wayang Urban. Mereka tetap setia dengan cerita serta tokoh wayang klasik (Mahabarata dan Ramayana), tetapi berbeda dengan Eko Nugroho yang memperkanalkan Wayang Bocor yang tidak lagi menggunakan tokoh-tokoh dalam wayang tradisi namun figur-figur yang diciptakan atas sensifitas imajinasi. Misalnya, dalam karyanya yang berbentuk lukisan, patung, drawing, bordir, animasi. Kelir yang dihadirkan di panggung juga bisa lebih dari satu dengan berbagai macam bentuk. Tetapi tetap dengan pakem pertunjukan sebuah wayang tradisi tetap dihadirkan yaitu permainan wayang dalam bayangan dengan menggunakan kelir dan sorot lampu.

Wayang Bocor yang dibentuk pada tahun 2008 oleh Eko yang juga merupakan seorang perupa kontemporer asal Jogja ini ingin memberi ruang pada seniman yang bergabung di dalamnya untuk menuangkan disiplin ilmu mereka, mulai dari wayang, musik hingga seni peran Eko Nugroho

“Metodenya gado-gado seperti memadukan wayang dengan ketoprak, siluet tidak hanya wayang kulit tetapi juga siluet orang berakting”, ujar Eko mengenai konsep yang diusung Wayang Bocor ketika ditemu setelah pentas di Galeri Indonesia Kaya (10/10)

[caption caption="Wayang Bocor yang tidak lagi menggunakan tokoh-tokoh dalam wayang tradisi namun figur-figur yang diciptakan atas sensifitas imajinasi."]

[/caption]

Cerita yang diangkat dari isu yang dibahas masyarakat sehari-hari, dalam lakon dalam pentasan perayaan ulang tahun ke-2 Galeri Indonesia Kaya. Eko bersama ARS Management mengangkat perilaku kaum muda yang begitu menggemari media sosial yang dikemas dengan mitos masyarakat yang masih percaya dengan kuatan gaib sebuah pohon tua di sebuah desa.lakon ini diberi judul 'Dismiscall Leluhur'

Jika di pertunjukan wayang kulit /orang pada umumnya didampingi oleh sindhen, penyanyi laki-laki, pemain gamelan dan lagu karawitan yang semua disesuaikan dengan pertunjukan wayang yang dimainkan secara live, untuk Wayang Bocor musik gamelan tetap ada tetapi didengarkan dan dinikmati melalui musik digital.

[caption caption="Permainan cahaya yang apik sangat membantu imajinasi penonton supaya tetap setia menonton "]

[/caption]

Wayang Bocor tidak bergantung pada dalang melainkan naskah, aktor, narator hadir sebagai alternatif yang mampu menjadi satu bentuk kolaborasi dengan mengeksplorasi karya-karya baru. Permainan cahaya yang apik sangat membantu imajinasi penonton supaya tetap setia menoton selain cerita yang tak menonton dan mengangkat isu masyarakat yang sedang ramai dibicarakan. Kesenian wayang harus tetap ada oleh karena itu sangat patut diapresiasikan seniman-seniman yang sampai sekarang setia merawat wayang tetap eksis tentunya mengikuti perubahan jaman agar dekat dengan masyarakat. Meski begitu tetap pada esensi wayang itu sendiri

*

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline