Lihat ke Halaman Asli

Lanjar Wahyudi

TERVERIFIKASI

Pemerhati SDM

Anyone Can Be A Hero: Pengalaman Pertama Donor Darah yang Menyenangkan

Diperbarui: 14 Juni 2021   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Pendonor Milenial. Sumber: Kompas.com

Kegiatan Donor Darah adalah proses pengambilan darah dari seseorang secara sukarela untuk disimpan di bank darah di rumah sakit atau di PMI (Palang Merah Indonesia) sebagai stok darah yang kemudian akan digunakan untuk transfusi darah kepada orang yang membutuhkan.

Beberapa kondisi medis tertentu atau kondisi medis yang mendesak pada seseorang mengakibatkan dibutuhkannya tindakan transfusi darah, yaitu menyalurkan darah dari pendonor ke sistem peredaran darah penerima atau resipien. Kondisi medis yang membutuhkan tindakan transfusi darah misalnya: kehilangan darah dalam volume besar karena trauma, tindakan operasi, syok, atau karena tidak berfungsinya organ pembentuk sel darah merah.

Salah satu manfaat penting dan riil dari donor darah sukarela adalah dapat menolong ibu melahirkan yang mengalami pendarahan. Pelayanan darah yang aman dan berkualitas dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) yang disebabkan karena pendarahan. Menurut Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) tahun 2015, di Indonesia angka AKI adalah 305 per 100.000 kelahiran hidup.

Biasanya orang yang belum pernah mendonorkan darahnya merasa ragu-ragu atau takut, namun bila sudah berhasil mendonorkan darahnya pertama kali, selanjutnya akan terbiasa dan merasakan manfaatnya. Pengalaman menyenangkan saat mendonorkan darahnya untuk pertama kali terungkap dalam beberapa testimoni berikut:

Adalah Iwan, seorang arsitek berusia sekitar 38 tahun, merasa senang sekali bisa lolos donor darah setelah beberapa kali mencoba namun gagal.

Keberhasilan kali ini adalah pengalaman pertama baginya. Ia menuturkan bahwa setelah mendonorkan darahnya kemudian bisa istirahat tidur dengan pulas karena merasa nyaman di badan. Pengalaman ini membuatnya siap untuk mendonorkan darahnya secara sukarela 60 hari lagi.

Ilustrasi Pendonor Wanita. Sumber: dokpri

Diah, seorang ibu berusia 43 tahun, memiliki pengalaman pertama sebagai pendonor. Rupanya selama ini ia merasa penasaran dan sedikit takut dengan yang namanya donor darah.

Namun setelah bisa mendonorkan darahnya untuk yang pertama kali, ia mengatakan, "Tidak semenakutkan yang ada di bayangan pikiran, saya kira akan mual ternyata sama sekali tidak, loh".

Pengalaman memiliki rasa kuatir, takut, ragu-ragu tentu bukan pengalaman Diah sendiri, banyak orang lain memiliki pengalaman yang serupa, sehingga perlu untuk dibantu memiliki gambaran yang benar tentang donor darah, supaya niat mulia untuk mendonorkan darahnya bisa terlaksana dan bermanfaat bagi sesama.

Sedangkan Graciella, pemudi 17 th, siswi kelas XI SMU yang sangat bersemangat untuk mengikuti donor darah yang diselenggarakan di lingkungan kompleks perumahannya, terpaksa sedikit kecewa karena gagal. 

Gadis cantik yang akrab disapa Shella ini terganjal faktor berat badan yang hanya kurang 2 kg dari yang dipersyaratkan. Ia menuturkan, bahwa awalnya semangat karena bakalan jadi pengalaman pertama bisa mendonorkan darahnya setelah usianya memasuki 17 tahun, rasa penasaran dalam hatinya juga berubah menjadi tidak penasaran lagi bila berhasil mendonorkan darahnya. Apalagi secara postur fisik ia tergolong tinggi dan sehat, tentu mendukung untuk bisa mendonorkan darahnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline