Lihat ke Halaman Asli

Lanjar Wahyudi

TERVERIFIKASI

Pemerhati SDM

Beda Fokus Membuat Pria dan Wanita Sering Berselisih

Diperbarui: 8 Desember 2020   03:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: Sasin Tipchai/pixabay

Bila tidak bahagia dalam hubungannya, seorang wanita tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaannya. Bila tidak bahagia dalam pekerjaannya, seorang pria tidak dapat berfokus pada hubungannya. - Pease & Pease

Di awal menjalin hubungan dengan pacar alias calon istri sekitar 20 tahun yang lalu, saya ingat banyak sekali penyesuaian yang kami alami, tepatnya yang saya harus lakukan. Kerap kali pacar saya ngambek ketika kami ada kesempatan makan bersama sepulang kuliah, atau saat hangout berdua di malam minggu, atau sepulang gereja. 

Pangkal masalahnya sederhana, ketika sudah memesan makanan kami menunggu di meja makan yang sudah kami pilih, biasanya di meja tersebut ada majalah atau koran yang disediakan untuk dibaca oleh pelanggan, saat itu gadget masih barang mahal dan langka jadi belum bisa baca berita online menggunakan gadget. 

Saya adalah orang yang senang membaca, sebab dengan banyak membaca maka saya akan mendapat banyak informasi, mendapat banyak pengetahuan, dan itu menjadi modal berharga untuk bahan ngobrol dengan siapapun termasuk pacar saya.

Jadi pasti saya langsung baca koran atau majalah yang ada di meja makan tersebut, bahkan tanpa saya sadari saat makanan sudah disajikan saya menyantapnya sambil membaca koran.

Disinilah bencana terjadi, pacar saya yang sedari awal merasa saya cuekin, menjadi marah (lebih tepatnya dia ngambek manja), momen yang semestinya menjadi berharga untuk menjalin komunikasi yang indah menjadi hambar baginya tanpa saya menyadari. 

Menyadari kesalahan ini buru-buru saya meletakkan koran dan makan sambil mencoba ngobrol walaupun saya sendiri bingung mau ngobrol apa, jadi saya lebih banyak mendengar, mengiyakan, dan sesekali menyahut dengan kalimat yang saya sengaja pro dengan apa yang diomongkan pacar saya.

Untunglah kejadian ini sudah membuat saya jera, dari pada kehilangan rasa sayangnya lebih baik merubah diri agar kedepannya bisa harmonis dalam hidup berkeluarga. 

Dan benar rupanya kami hanya bisa menjalin hubungan pacaran selama setahun bersama, dan lima tahun berikutnya kami harus "long distance relationship" alias pacaran jarak jauh, sampai akhirnya menikah dan tinggal bersama.

Mungkin dari antara kita ada juga memiliki pengalaman serupa dengan saya, atau sedikit berbeda tetapi masih berkisar pada relasi pasangan yang surut-naik atau timbul-tenggelam tiada henti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline