Lihat ke Halaman Asli

*Melukis dengan Ludah Pinang: Asli, Sehat, dan Alami

Diperbarui: 24 Juni 2015   20:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13545327791723970400

[caption id="attachment_219503" align="alignnone" width="617" caption="lukisan Ludah Pinang ABSTRAKSI #1 Karya Lanjar Jiwo 2012"][/caption] Berkarya lukis dengan ludah pinang, tidaklah sederhana dan bukan hal yang mudah saja. Seseorang yang mencoba meludah di atas kanvas, akan kesulitan jika tidakterbiasa makan pinang. Umumnya ketika membuat sebuah motif lukisan, orang akanmembuat pola terlebih dahulu di atas kertas, kayu, seng, atau teknik stensil. Tapimeludah pinang dan membuat lukisan yang diinginkan dibutuhkan kemahiran,ketepatan meludah, dan kesabaran mengunyah pinang agar memperoleh efek warna dan bentuk lukisan tertentu. Berbeda dengan cat, ludah pinang jelas alami,tidak mengandung zat kimia apapun, serta warnanya terbukti mampu bertahanhingga ratusan tahun.Untuk melestarikan budaya makan pinang, beberapa pelaku seni tradisi sertamasyarakat kampung di Papua Barat mencoba mengulang kembali teknik lukismasa lalu tersebut dengan berkarya menggunakan ludah pinang. Karya-karya ini dituangkan pada tembok, kulit kayu, kain, kertas, dan balok kayu. Seorang senimanpatung asal Papua Barat, Yesaya Mayor dari Sanggar Seni Budaya Koranu Fyak,Raja Ampat, juga telah mencoba menggunakan ludah pinang untuk berbagai bentukmotif di atas kulit kayu, kertas, dan daun lontar. Lanjar Jiwo, seorang perupa dari jogja , bersama-sama dengan masyarakat suku Maybrat di pegunungan Tamrautelah menorehkan ludah pinang sebagai pewarna alami pada patung-patung Karwar buatannya. Sedangkan masyarakat kampung Waifoi dan Warimak, Distrik TelukMayalibit, Kabupaten Raja Ampat mencoba meludah pinang di atas kertas dan kain.Nilai-nilai budaya seringkali merupakan ungkapan nyata dari kearifan generasi terdahulu dalam beradaptasi terhadap lingkungan dan menjalankan kehidupan secara lebih sejahtera. Budaya menginang dengan segala keanekaragaman cara dan nilai yang dikandungnya merupakan salah satu warisan pengetahuan tradisional yang memiliki nilai-nilai positif, sehingga perlu dilestarikan, termasuk pada masyarakat di Papua. * Tulisan Katalog Pameran Lukisan Ludah Pinang  : Pameran Lukisan Ludah Pinang Tembi Rumah Budaya Yogyakarta .2009 ( melukis ludah pinang bersama ) Papuan  voice   Goethe Institute Jakarta .2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline