Lihat ke Halaman Asli

Andai dan Jika Itu Pasti

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


"Aku galau!" sebuah kalimat yang wara-wiri ditayangkan di televisi dalam sebuah iklan operator selular. Seperti itu tepatnya kondisi saya sekarang ini. Galau, bingung dan pasrah. Kalau boleh jujur saya sudah lelah menikmati kehidupan ini. Mungkin karena begitu banyak rasa tak puas yang saya dapatkan, kecewa dan rasanya ingin sebuah alur cerita kayak disinetron. Tiba-tiba bertemu dengan orang tua kandung yang kaya raya, atau menjadi anak yang tertukar seperti film-film korea atau juga menjadi orang yang tiba-tiba genius dan menggemparkan semua orang untuk berdecak kagum. Atau mungkin menjadi orang yang bukan siapa-siapa tiba-tiba menjadi orang yang sangat luar biasa dan tercatat dalam sejarah. Ahm, semua itu hanya imajinasi toh saya ini tetaplah seorang saya yang meski mempunyai banyak angan-angan namun hanya lewat sekilas. Menjadi ini, itu terlihat lebih baik. Terlihat di sini hanya pandangan mata, dan rasa berbeda dari apa yang tersamar. Jika setiap makhluk memunyai hak yang sama apakah hak saya sama dengan Anda? Tidak! Itu hanyalah konsep, saya tidak percaya. Saya butuh kamu, hei orang yang selalu kubanggakan untuk menenangkan dan menghiburku dalam pasrah. Semangatku membara karena mengenalmu, tapi kamu sungguh kejam tidak pernah menengok rasaku padamu. Semua wanita sama di depanmu, tapi tidak semua pria sama dihadapan saya. Saya terluka sekaligus terhibur jika teringat tentang kamu. Ya ini salahku, yang tidak bisa sejajar denganmu tetapi selalu ingin menyejajarkan diri supaya kamu bisa menengok ke arahku. Seperti bodoh, inilah senjataku untuk memotivasi diri supaya mempunyai pemikiran seluas samudra. Ternyata, pikiranku semakin sempit dan sangat melelahkan mengenal begitu banyak keadaan dunia. Ini karena saya menginginkanmu, yang mengandaikan kamu dan men jikakan kamu. Saya ingin menyerah dan amnesia segala hal tentang kamu. Hidupku hanyalah kepingan yang harus saya laser kembali dan puas dengan apa yang saya miliki, kesederhanaan yang saya punyai, kepolosan saya yang belum tercampur mimpi negri tujuh dan mimpi from korea with love. Betapa sakit dan tidak terima nya saya hanyalah masalah waktu. Yang entah kapan berujung menjadi adakadabra. Saya akan menjadi saya yang entah bagaimana caranya harus berbahagia dalam hidup atau tidak sama sekali. Tidak ada yang bisa membahagiakan saya kecuali saya sendiri, saya adalah ladang pengontrol antara Andai dan Jika itu menjadi Pasti.

lani
01/04/2012

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline