Kepala sekolah memiliki peran yang sangat penting dalam sebuah institusi pendidikan formal. Ibarat nahkoda dialah yang menjadi penentu ke arah mana kapal pendidikan tersebut akan berlayar.
Ibarat seorang pilot kepiawaiannya dalam menghadapi turbulensi situasi dan kondisi saat ini menjadi tolok ukur sejauh mana lembaga yang ia pimpin dapat berkembang dan dipercaya masyarakat.
Kepala sekolah secara istilah dapat diartikan sebagai tenaga fungsional yang diberikan tugas tambahan untuk memimpin sebuah lembaga pendidikan dimana proses belajar mengajar berlangsung.
Pada umumnya kepala sekolah diangkat dari kalangan guru yang memiliki kompetensi lebih dalam hal kepemimpinan baik secara emosional serta manajerial.
Namun begitu ada juga pemilik sekolah atau yayasan yang memang membuka lowongan pekerjaan untuk mencari kandidat-kandidat kepala sekolah di lembaga yang mereka miliki. Tentunya dengan tetap menjadikan kompetensi leadership sebagai syarat utamanya.
Sementara itu Permendiknas no. 19 tahun 2007 dan no. 28 tahun 2010 secara singkat menjabarkan bahwa tugas, pokok dan fungsi kepala sekolah antara lain adalah; (1) tugas administrasi, (2) tugas supervisi, (3) tugas memimpin, (4) tugas sebagai manajer, (5) tugas kewirausahaan, (6) tugas sebagai inovator, (7) tugas mengembangkan kurikulum, dan (8) tugas sebagai penggerak. Dari sekian tupoksi tersebut terangkum dalam satu kata yaitu kepemimpinan.
Sedemikian pentingnya kompetensi kepemimpinan untuk menjadi kepala sekolah, apalagi di era VUCA saat ini.
Salah satu model kepemimpinan yang saat ini ramai diterapkan oleh berbagai organisasi, baik organisasi bisnis, sosial, politik, ekonomi bahkan pendidikan adalah model kepemimpinan adaptif.
Apa itu kepemimpinan Adaptif? Sebelum kita membahas lebih jauh, saya akan menjelaskan terlebih dahulu tentang era VUCA yang saat ini tengah menggejala di dunia pada umumnya.
Pengertian VUCA