Lihat ke Halaman Asli

Langit Muda

Daerah Istimewa Yogyakarta

Mengapa Telur Rebus Dikupas, Telur Asin Dibelah?

Diperbarui: 18 Oktober 2020   18:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokpri)

Kebiasaan yang kita alami sejak kecil kadang terbawa sampai dewasa. Termasuk di antaranya apa yang sehari-hari terjadi di meja makan keluarga kita.

Telur ayam selesai direbus. Dibagi-bagikan. Tiap orang mengupas telur dengan caranya. Ada yang mengawalinya dengan mengepruk ujung telur dengan sendok. Ada yang membenturkannya di kaki meja. Ada yang membenturkannya di tembok. Ada juga yang cukup meremasnya.

Seni mengupas telur. Seberapa terampil kita? Seberapa sering pecahan telur menyelip masuk ke kuku? Kalau kita terampil mengupas telur, itu adalah pijakan yang bagus untuk terampil mengupas salak. Karena mengupas salak tantangannya lebih besar. Pernah jari tangan saya bengkak seminggu gara-gara "kelilipan" kulit salak.

Masih ingat ada berita sensasi karena seleb yang mengaku tak mampu mengupas salak? Kalau dia mampu mengupas telur semestinya tak sulit juga mengupas salak. Tapi bergantung sih, telur macam apa yang sering dikupasnya ...

Dulu saya termasuk orang yang kurang rapi dalam mengupas telur. Itu dulu, sekarang masih ... Hasilnya telur brocel-brocel. Brocel itu sebenarnya istilah untuk kelereng/gundu yang tak mulus lagi, karena sudah sering mengalami benturan. 

Supaya tidak tersia-sia saya pun mengkoreti lagi putihan telur yang masih menempel di kulit telur. Apakah sekarang ini sudah ada mesin pengupas telur rebus?

Separo telur asin. Itulah jatah lauk saya sewaktu kecil. Dititili dulu bagian putihnya yang asin sedikit-sedikit. Barulah nanti puncak kenikmatan diperoleh saat mencapai bagian kuning telurnya. Bagaimana cara panjenengan menikmati telur asin?

Jarang terlihat orang mengupas telur asin di rumah. Telur asin selalu dibelah dua dengan pisau, lalu masing-masing dicongkel dengan sendok. Saya pernah melihat orang mengupas telur asin di kereta api.

Waktu itu kereta api ekonomi masih membolehkan pedagang asongan masuk. Ada yang berjualan telur asin, telur puyuh, dan bermacam telur lainnya.

Penumpang yang duduk di hadapan saya membeli telur asin. Mungkin karena tidak ada pisau, jadi telur asin pun dikupas. Ketika dia mulai makan telur asin, justru saya yang berdoa. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline