Lihat ke Halaman Asli

Langit Muda

Daerah Istimewa Yogyakarta

Tanpa Helm Vs Tanpa Masker, Mana yang Bakal Dirawat Duluan?

Diperbarui: 7 Juni 2020   13:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(dokpri)

Di dalam dusun di jalan-jalan dusun, sudah lazim melihat orang bersepeda motor tanpa mengenakan helm. Tentu saja mereka hanya akan melakukannya di dalam dusun saja, kalau berani njedul di jalan raya bisa beresiko kena tilang Pak Polisi. Jadi hanya jarak dekat saja. Ada yang mencari rumput untuk sapi atau kambing piaraannya. Ada yang pergi ke sawah atau ladang.

Saat masa pandemi ini, kayaknya masih jarang melihat orang memakai masker di dusun. Kecuali mereka yang hendak bersepeda motor keluar dusun. Macul di kebon, ya ndak pakai masker. Mbajak sawah, ya ndak pakai masker. Manjat pohon kelapa, ya ndak pakai masker. Yang merawat ayam di kandang mungkin yang malah pakai masker, untuk mengurangi bau yang tercium.

Para petani mungkin tergolong yang patuh dengan physical distancing. Orang macul di sawah, kan sudah physical distancing, wong maculnya sendirian. Apalagi kalau manjat pohon kelapa, buat nderes atau metik kelapa, pastilah physical distancing. Kalau ada kerumunan memanjat pohon, itu sih lomba manjat pohon pinang buat tujuhbelasan. Pas lagi musim panen itu mungkin yang perlu pakai masker, karena biasanya dilakukan beramai-ramai.

Dalam suatu tayangan televisi, seorang reporter sedang melaporkan kondisi di sekitar posko satgas covid di jalan raya. Kameramen menyorot situasi jalan raya. 

Seorang ibu nampak mengendarai sepeda motor, memakai masker, tanpa memakai helm, dengan santainya melewati barisan petugas yang cukup komplit, dari Satpol PP, Dishub, polisi, tentara. 

Ketika sampai di depan Pak Polisi, polisi tersebut berujar, "Bu, lain kali pakai helm ya, Bu ..."

"Iya, Pak .." jawab ibu tersebut. Karena mulut tertutup masker tentu saja tidak terlihat, tapi saya membayangkan mungkin ibu tersebut melewati para petugas sambil tersenyum, dan membatin, "He he.... sekarang kan urusannya lagi soal masker, bukan helm... Kapan lagi bisa melenggang santuy di depan Pak Polisi ndak pakai helm...." Emak-emak kalau lagi nggleleng ndak bisa dilawan....

Kalau di dusun mungkin sering melihat ibu-ibu memboncengkan satu anak di belakang, sambil menggendong bayi di depan, keduanya tanpa helm dan tanpa masker. Kadang dengan cantelan motor yang sarat barang belanjaan. Kalau melihatnya di jalan dusun mungkin masih lah ndak apa. Tapi saat melihatnya di jalan raya yang ramai dengan lalu lalang kendaraan berkecepatan tinggi, kadang malah kita yang melihatnya jadi trataban.

Dalam suatu tayangan televisi, seorang reporter sedang melaporkan kondisi lalu lintas di jalan raya di suatu kota setelah penerapan PSBB. Kameramen menyorot situasi jalan raya. Eh, nampak seorang pengendara motor dengan santainya, nyelonong tanpa helm dan tanpa masker. 

Tak lama, nampak dua orang berboncengan sepeda motor, tanpa helm dan tanpa masker. Dan "klimaksnya" adalah ketika tiga orang remaja berboncengan sepeda motor, tanpa helm dan tanpa masker. 

Nah, ini baru komplit ... No helm, no masker, no physical distancing... Mungkin juga tanpa SIM. Jadi ntar kalau sampai kecelakaan yang ditolong duluan adalah.... sepeda motornya... Kasihan kan terlampau berat menanggung beban....

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline