Ini curhatan anak-anak yang saya ajar. Setiap kali selesai belajar bareng saya, mukanya berseri-seri. Katanya apa yang saya ajarkan mudah mereka mengerti.
Kalau iseng saya tanya rumus yang akan mereka pakai rata-rata mereka hapal di luar kepala. Satu kelas sama suaranya dalam melantunkan rumus.
Tapi wajah mereka akan berubah selepas ulangan. Kata mereka soalnya susah-susah semua. Jenis soalnya entah berantah dan seringkali mereka mencurigai guru yang memberi soal memang senang melihat mereka menderita.
Menurut pengakuan mereka, mereka bingung begitu berhadapan dengan soal. Baru membaca beberapa kalimat saja kepala mereka mendadak migren. Begitu melihat angka yang keriting, mereka mengeluh mual-mual, dan begitu toba masa mengerjakan rasanya mereka ingin pingsan.
Detik-detik awal garuk-garuk kepala, beberapa menit kemudian mulai pasang kepala rebahan, kecerdasan mereka meningkat pesat kalau waktu ulangan dah mau habis. Itu pun dalam hal mengisi jawaban soal pake cap cip cup untuk pilihan ganda. Dan menulis soal kembali untuk soal essay karena berharap ada nilai iba dari guru mereka.
Apa iya soal saat ulangan susah? Mengapa saat diterangkan mengerjakan soal begitu mudah,namun begitu berjuang sendirian mereka -tiba merasa perlu diruqyah?
Ini analisis ringan saya dari hasil ngobrol-ngobrol
Pertama, mereka memang kurang suka membaca. Soal yang panjang membuat mata mereka pegal.kadang mereka memilih scan saja soal tanpa memasukkan ke otak.
Kedua mereka hanya hapal rumus bukan paham rumus. Hapal rumus membuat mereka kebingungan sendiri ketika ada komponen dari rumus yang menurut mereka tak ada. Andaikan mereka mengerti maka mereka bisa melihat sudut pandang lain dari soal itu. Jadi pengennya emreka soal tuh bener-bener plek tinggal pake rumus
Ketiga mereka kurang latihan soal. Belajar cuma dikelas, begitu tiba di rumah langsung puals. Pirinsip masa lalu biarlah berlalu untuk materi kimia dan mata pelajaran sain lain. Masa besok gimana besok.
Keempat,mereka dah mikir soal bakal susah jauh sebelum menatap soal langsung. Sugesti ini membuat pandangan kabur tak menangkap maksud soal. Tak lama jalan otakpun tersumbat karenanya.