Aku duduk selonjoran di lantai. Panasnya cuaca hari ini membuatku ingin mencari sisi dingin rumah ini. Sudah bergelas-gelas air putih yang kureguk. Rasanya haus terus. Mungkin karena seharian aku kurang minum. Memang kalau sudah memulai pekerjaan aku seringkali malas berhenti sejenak bahkam untuk minum.
Suamiku sudah masuk kamar mandi sedari datang. Dia memilih menyegarkan badannya dengan siraman air. Aku juga inginnya begitu tapi sayang aku kalah start dia yang duluan sampai. Tak lama sih waktu kutanyakan paling beda lima menitan.
Setelah sedikit berkurang lelah,aku segera beranjak ke dapur memasak nasi untuk kami berdua. Malam ini sepertinya cukup ceplok terlur saja seperti malam sebelumnya. Karena tempat kerjaku sedikit jauh dari rumah maka aku takkan sempat memasak. Agar cepat sudahlah ceplok telur saja toh suamiku juga tak pernah protes. Baginya masakan apapun selalu enak yang penting aku yang buat.
Kami berdua sebetulnya hanya numpang tidur saja di rumah kontrakan yang tak luas ini. Dari pagi hingga gelap malam kami bekerja ke luar. Untunglah keempat anak kami,kami titipkan di desa. Kalau tidak ya kasihan mereka sering kami tinggalkan bekerja.
Kamu berdua memang perlu bekerja karena empat anak kami dikampung tentu saja membutuhkan biaya besar. Tak mungkin mengandalkan Ayah dan Ibuku yang hanya bekerja sebagai petani.
Jika hanya suamiku saja yang bekerja rasanya juga masih kurang. Dulu sih cukup waktu suamiku masih bekerja sebagai debt colector dari lissing motor. Namun setelah pengalaman pahit digebukin konsumen hingga nyaris mati membuatnya memilih berhenti saja.
Perlu waktu lama untuk mendapatkan pekerjaan lagi. Selama dia tak bekerja ,akulah yang mencari nafkah. Kebetulan temanku ada yang menawarkan kerja saat suamiku menganggur.
Setelah suamiku dapat pekerjaan yang sekarang ternyata setelah dihitung-hitung pendapatannya masih kurang. Itulah sebabnya suamiku merelakanku tetap bekerja.
Sebenarnya aku tak tahu apa pekerjaan suamiku sekarang. Mengakunya sih bekerja sebagai buruh pabrik. Tapi kalau ditanya pabrik apa dam dimana aku suka bingung sendiri dengan jawabannya karena tak pernah jelas. Akhirnya jadi malas sendiri untuk bertanya lebih jauh. Sudahlah yang penting dia bekerja itu saja cukup.
Setelah ditunggu lama,suamiku keluar juga dari kamar mandi. Giliranku yang menyegarkan diri. Selapas mandi kami makan malam dengan ceplok telur tadi. Asalkan berdua,memang enak kok meskipum menunya hanya itu,apalagi kalau sepiring berdua dan saling menyuapi,tak kalah deh kami dari pengantin baru.
Mungkin karena tak ada anak maka kami memang saling manja. Urusan makan saja tapi menyelesaikan pekerjaan rumah tanggapun kami biasa bersama. Mencuci baju,mencuci piring bahkan menyapu dan mengepelpun bersamaan.