Namanya sebut saja Anton. Sebelum masa covid 19 ini digelar,dia biasa berjualan mainan di Sekolah-sekolah Dasar. Seiring kebijakan sekolah di rumah,diapun tak bisa lagi mencari nafkah.
Dia berjualan bukan baru satu atau dua tahun saja,dia sudah berjualan dari 20 tahun saja. Baginya berjualan mainan bukan sekedar mencari nafkah tapi juga hobi. Anak-anak begitu akrab dengannya karena dia juga mampu berkomunikasi baik dengan anak-anak.
Dia memiliki tiga anak perempuan dan tingggal di rumah kontrakan seharga 600 ribu perbulan. Bulan lalu untuk membayar kontrakan dia sudah mulai meminjam sana sini karena memang sudah tak ada lagi cadangan uang.
Namun yang lebih membuatnya resah bukan hanya anak istrinya melainkan juga para kucingnya. Sedari kecil dia memang penyayang kucing. Kini ada 3 kucing yang dipeliharanya. Kucing terbarunya adalah kucing keturunan persia. Ada teman yang memberi gratis padanya. Bagi penyayang kucing mempunyai kucing berass itu adalah impian.
Mengapa dia lebih meresahkan perut kucing-kucingnya dibanding perut-perut anaknya? Untuk makan anak-anaknya, asal ada beras saja selesai masalah. Tiap bulan ada bantuan beras dari pemerintah lewat Ibu mertuanya,jadi bisalah dia nebeng makan. Enggak ada apa-apa asal nasi hangat cukuplah tabur garam.
Tapi para kucingnya ternyata tak bisa. Apalagi sebelum libur berdagang dia bisa memberikan makanan kucing khusus . Sekarang diberi nasi pake garam doang mereka tak mau. Kucing tak bisa dirayu seperti istrinya. Kucing juga tak bisa ditakut-takuti seperti anaknya. Kalau memang makanannya tak suka,dia akan melengos.
Kalau hanya diam dan merenungi nasib sih gapapa,lah mereka terus mengeong-eong seharian. Coba mana tega pemiliknya?
Akhirnya beberapa kali sering kucingnya puasa. Pedih hati Anton jadinya. Entahlah apa kucingnya akan sehat dan kuat sampai masa nanti usai masa anggap usai.
Beberapa hari ini dia sudah kepikiran mencari orang yang mau adopsi kucingnya,walaupun tentu berat berpisah dengan peliharaannya.