Bermain Jari
Sebelum kenal kompasiana saya bukan siapa-siapa. Hanya seorang emak-emak berdaster yang sering kucel dan kerepotan sendiri. Dimana tangan kanan dan kiri memegang dua bocah dan bahu digantungi gendongan berisi bayi.
Demi mengendurkan urat syaraf sesekali posting di media sosial FB. Menulis cerita sehari-hari yang kepanjangan untuk dipajang sebagai status.
Namun ke mampuan menulis saya terendus seorang kompasianer bernama Ofie Sofyan Gumelar yang sudah duluan berenang-renang di lautan kompasiana #BeyondBloging. Dia berkata
"Teh,coba deh nulis di kompasiana dari pada mubazir !" Begitu katanya
Saya yang tertarik pada tawarannya tapi tak berani untuk membuat akun mencoba berkelit. Untunglah dia baik. Bukan cuma dibuatkan akun,dia juga mengadakan pelatihan gratis dalam beberapa jam untuk mengisi dash board kompasiana. Dari mulai nulis,up load foto, membuat tautan hingga memposting. Luar biasa tu makhluk baiknya enggak ketulungan.
Saya memulai di kanal fiksi. Postingan pertama saya berjudul Tamu Tak diundang dibaca 111 orang dikomentari 3 orang.
Meskipun begitu ternyata menyenangkan ya memiliki jejak digital di kompasiana. Berasa udah jadi penulis keren aja gitu. Padahal tak masuk label pilihan.
Hati Yang Terhibur
Pekerjaan yang dikangeni saat selesai menulis di Kompasiana adalah melihat berapa banyak pembaca. Kalau nambahnyabserentak ,girang. Tapi kalau nambah satu -satu dalam sehari ya ,garang.Syukur-syukur ada yang memberikan vote pada tulisan kita maka ada upah hati yang dirasakan. Serasa memiliki jalan untuk menyalurkan hobi tentunya.
Jika menulis di media sosial,maka penikmatnya hanya teman, sementara di kompasiana banyak kompasianer yang sudah teruji kemampuan menulisnya sehingga tentu lebih wah , rasanya saat mereka mengomentari.
Memang saya akui yang paling membahagiakan adalah mendapatkan ridho admin untuk memberi label pilihan. Itu saya ingat benar pertama kali dikasih label pilihan saat ikut blog competition merk sepeda. Kisah Dalam Putaran Roda Sepeda
Semula saya hanya ingin menulis saja. Sepertihalnya saat SD menuliskan perasaan hati di Diary. Selalu puas setiap kali tombol Tayang sudah terklik. Hobi menulis yang tersalurkan itu membuat hidup lebih berwarna.
Beban kerja di rumah sebagai Ibu rumah tangga dan di kantor sebagai guru bimbel mampu dibahagiakan dengan menulis di Kompasiana.