Ketika aku kecil, aku pernah melewatkan masa indah menjelang tidur. Adalah Mama yang selalu mengajakku bernyanyi sebelum tidur. Semua lagu anak-anak mampu kulahap di usia belum genap 3 tahun.
Topi saya bundar yang sering aku nyanyikan,diganggu mama oleh lirik lagu Burung Kakak Tua . Akibatnya lirik yang kunyanyikan jadi mengikuti lirik yang Mama nyanyikan.
"Kalau tidak bundar..."nyanyiku lantang.
"Giginya tinggal dua..." tiba-tiba liriknya berganti sudah dan kami berduapun tertawa bersama.
Lagu balonku ada lima adalah lagu favoritku berikutnya. Aku suka lagu ini karena melihat ekspresi mama yang suka pura-pura kaget saat aku berteriak,
"Dor!"
Padahal aku tahu Mama berpura-pura tapi tawaku tak bosan untuk yang satu itu. Tetap saja terbahak-bahak seolah Mama baru kali itu berekspresi kaget seperti itu
Setelah bernyanyi, bernyanyi dan bernyanyi aku kecil akan kelelahan. Usapan jemari Mama di rambutku membuat mataku semakin sayu karena terserang kantuk. Bau khas tubuh Mama seolah menghipnotisku hingga kantukku makin dalam.
Lama-lama nyanyianku berhenti . Mamalah yang meneruskan nyanyian-nyanyian itu. Dengan suara yang lembut tak lantang seperti aku. Kadang malah hanya tersisa senandung saja tanpa lirik.
Aku sudah semakin jauh menuju batas sadar dan mimpi.Kehangatan itu terus membuaiku. Senandung Mama semakin menjatuhkanku ke alam tidur. Matakupun akhirnya terpejam dan aku pulas.
Entah berapa lama aku tidur. Aku terbangun karena terasa kehangatan itu tak ada. Mataku terbuka karena suara nyanyian merdu Mama hilang. Hidungkupun tak mengendus bau tubuh Mama.