"Mau naik apa kita pergi ?"Tanya saya pada para bocah sebelum pergi.
"Naik tayooo!"
Begitu biasanya jawaban mereka serempak. Buat mereka Bis yang dulu kami kenal sebagai Damri lalu kini berubah menjadi pilihan utama di banding angkutan umum angkot atau bahkan mobil daring.
Tempat duduk nyaman,luas, ber AC, full musik bahkan di beberapa bisnya sudah dipasang wi-fie.
Soal harga relatif murahlah menurut saya. Kami yang tinggal di daerah Rancaekek yang merupakan daerah pinggiran harus menghabiskan waktu lama untuk tiba di Kota Bandung.
Jika akomodasi tak nyaman, maka para Bocah akan rewel. Apalagi si cikal demen mabuk. Selalu siap keresek jika akan bepergian jauh. Jika tak nyaman maka pusing mual dana gejala menjelang muntah akan segera muncul.
Buat saya emak-emak rempong pembawa bocah memang nyaman jika ke Bandung menggunakan Bis ini. Kalau bawa bayi yang bisa tidur bayi dan menggendongnya Sakin nyamannya.
Memang pada pengguna bis BRT ini paling banyak baru kami para ibu pemangku anak, atau anak sekolahan. Para pengendara motor belum tergoda untuk berpaling. Padahal perjalanan ke Bandung naik motor itu tak nyaman. Pegal, panas kalau siang, dingin kalau malam. Basah kalau hujan.
Enakkan naik bus. Mereka bisa tidur selagi perjalanan. Emosi tak mesti terganggu karena sering kesenggol. Jari bisa terus bermain di gawai menunggu tiba ditujuan.
Mungkin jika trayek bis nya dilengkapi agar bisa terus sambung menyambung hingga tiba di tempat tujuan pengguna motor bisa beralih.
Bandung memang belum mengalami perubahan transportasi secara signifikan. Padahal kini pekerja yang pergi ke Bandung sebagian besar kini memiliki perumahan di daerah pinggiran seperti Rancaekek. Perumahan banyak,jalan yg dilalui masih itu-itu juga.