Bencana seperti tak henti-hentinya melanda negeri ini. Baru saja sedih menyaksikan palu, bencana bergeser ke Selat sunda. Kering air mata kita menyaksikan kepedihan saudara kita yang kehilangan sanak saudara, lalu berita terjangan angin puting beliung di daerah Rancaekek yang jaraknya hanya 1 km-an dari tempat tinggal saya. Tak lama banjir terjadi dan longsor kembali terjadi di Sulawesi Selatan.
Bencana yang bertubi-tubi semoga tak membuat kita terbiasa menonton dan kehilangan rasa . Menyaksikan bencana di layar kaca tidak semata membahas duka yang terasa namun juga apa langkah kita jika bencana itu menimpa kita esok atau lusa.
Bencana bukan sekedar mengingatkan bahwa negara kita penuh kebobrokan hingga dihukum Tuhan. Bukan,bukan itu. Sungguh naif jika berfikir sebatas itu.
Berbicara tentang gempa,Indonesia yang berada di ring Of fire menyebabkan kita memang tak bisa lepas dari gempa. Jepang bisa kita tiru sebagai negara yang siap gempa.
Longsor dan banjir juga bukan hal yang mustahil menimpa kita mengingat perilaku kita yang semena-mena merusak alam. Alam hanya mencari keseimbangan.
Jadi jika bencana terjadi di daerah lain pelajari apa saja yang telah menimpa para korban. Bagaimana korban bertahan saat menyelamatkan diri. Pertanda alam yang terbaca saat akan terjadi bencana. Dan A sampai Z penanganan bencana.
Meskipun kesedihan selalu terselip dri setiap bencana,tapi mestinya bukan itu saja yang jadi topik utama.
Karena jika sekarang banjir dan longsor terjadi di Sulawesi Selatan, bisa jadi besok lusa menimpa kita meski tak seorangpun mengharapkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H