"Ayo sayang cepat mandi!" Suruh Hendi pada putrinya.
Agri yang masih bermain boneka segera menghentikan aktifitasnya. Disambutnya tangan sang ayah.
Gadis cilik berusia 7 tahun itu segera masuk kamar mandi setelah menerima handuk dari ayahnya.
Selagi menunggu anaknya mandi,Hendi membereskan kangkung yang baru saja dipanennya. Sepagi mungkin dia memanen kangkung di kebunnya agar sebelum pergi bersama putrinya kangkung-kangkung itu sudah bisa dikirim ke pasar dan beberapa warung sayur langganannya.
"Bapak,aku pakai baju yang mana?"terdengar teriakan Agri dari dalam. Untunglah pekerjaannya sudah selesai,segera dia masuk memburu putrinya.
" Nih baju kaos pink kesukaanmu,bawahannya celana jeans-nya saja ya?" Hendi coba mematut-matut Putrinya. Agri mengangguk.
Setelah berpakaian rapih, Hendi menyisir rambut panjang Agri. Pelan-pelan diletakkannya sisir itu melewati rambut Agri yang lurus dan tebal. Sesekali dia sedikit menyibak rambut itu. Khawatir jika ada kutu rambut di sana. Anak seusia Agri rawan berkutu. Seperti hukum alam.
Meski Hendi rajin mencari kutu dan telurnya namun Rambutnya tetap rajin disinggahi kutu. Mungkin dari kawan-kawanya saat bermain.
Selesai bersisir,Hendi membedakan wajah cantik putrinya. Beberapa menit kemudian,Agri sudah tampak sempurna.
Berkali-kali Hendi mengucap syukur atas karunia Ilahi atas keturunannya yang cantik ini. Sepertinya garis cantik ini turun dari Ibunya. Jika disandingkan, Agri dan Ibunya memang seperti pinang dibelah dua.
"Sudah siap?" Tanya Hendi sambil tersenyum.