Saat menuliskan nama ini, saya tersenyum. Dia sahabat lama saya di masa bangku SMA yang susah tidur kalau di rumah, namun bisa mendengkur pulas jika di gunung. Maklum hobinya mendaki gunung.
Dia yang senyumnya manis dengan tahi lalat di bawah bibir dimana suara miliknya imut-imut sehingga bikin gemas yang mendengar dan melihat.
Dia yang kalau digoda teman maka akan mengeluarkan cubitan mautnya bikin meringis.
Suatu kali sepulangnya dari pendakian gunung dia pernah memberikan saya bunga edelweis. Saya jadi tahu seperti apa bunga itu. Hingga sekarang masih saya simpan.
Si petualang ini memilih menjadi Ibu rumah tangga kini. Dilepaskannya semua ego untuk berkarir demi kelangsungan masa depan kedua puterinya.
Meski kami sudah lama tak berjumpa, namun pertemuan Kami diwakili oleh paket cireng banyur yang akan dihantarkan lewat JNE.
Ya, saya memang berjualan cireng banyur D'kongres. Dan pengiriman cireng banyur ini telah sampai pada sahabat SMA saya.
Jarak JNE yang dekat saya capai dengan menggunakan sepeda saja. Tak sampai 10 menit saya sudah sampai. Salah satu keistimewaan JNE adalah cabangnya yang mudah ditemui karena tersebar merata bahkan hingga pelosok desa.
Berawal dari hobi mencari cemilan. Tergoda dengan tawaran dari teman. Dia memposting makanan asli jawa barat yaitu cireng. Produk yang dia tawar kan bernama cireng banyur D'Kongres. Awalnya hanya tergoda penampakkannya saja.
Sekali dua kali pesan ternyata lidah saya cocok, lalu saya membeli banyak pada teman saya itu untuk dijual lagi. Pikir saya, kalau makanan itu enak maka pasti banyak peminatnya.
Untuk beberapa saat teman saya memasok cireng banyur tersebut. Seminggu sekali saya pesan sekitar 50 bungkus.