Bandung, Juli 2018
Assalamualaikum wr. Wb.
Perkenalkan nama saya Meyra. Saya adalah puteri nomor 3 dari pernikahan Ayah yang pertama.
Sebelumnya saya ucapkan terima kasih karena untuk beberapa bulan, Ibu sempat menyayangi dan mengasihi Ayah saya.
Namun, ada kendala yang mengganjal hati kami sebagai putera -puterinya. Pertama, domisili Ibu di jawa tengah, sementara ayah saya di Bandung membuat ayah saya mengalami kelelahan saat harus bertemu Ibu. Maklum usianya kan sudah tak muda lagi, sudah hampir 70 tahun.
Perjalanan di akhir pekan untuk mengunjungi Ibu yang tidak sejam atau dua jam membuatnya rawan sakit. sementara beliau masih harus bekerja di hari seninnya. Tidakkah Ibu merasa kasihan?
Lalu untuk tiba di sana beliau harus mengeluarkan uang untuk ongkos yang jika dihitung untuk bolak-balik cukup besar. Bisa-bisa gaji ayah saya habis hanya untuk di jalan saja.
Belum lagi Ibu menetapkan nafkah besar tiap bulannya. Bu,selepas bercerai dengan Istrinya, Bapak tak punya harta se senpun. Baju hanya yang menempel di badan. Tidakkah Ibu merasa Iba setiap bulan meminta uang yang sebegitu besar?
Semestinya uang itu ia kumpulkan kembali untuk membeli rumah tempatnya bernaung di hari tua.
Mungkin ibu bertanya, kenapa Bapak tidak pindah saja domisili bersama Ibu ?
Tak mungkin lah bu, anak cucunya di sini semua. Kehidupannya di sini semua, Ayah saya tentu akan merasa asing dengan kehidupan di sana!