Lihat ke Halaman Asli

Irma Tri Handayani

Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Kagum Akan Kenyamanan Mereka yang Berbahasa Jawa

Diperbarui: 16 Oktober 2018   12:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Saya bekerja di Lembimjar Neutron. Sebuah tempat Bimbingan belajar yang berpusat di Kota Yogyakarta. Di Yogyakarta sendiri cabangnya sudah lebih mendekati 20 jumlahnya, lalu cabang cabang lain hampir semua ada di garis pantura. Jadi dari Yogya merembet ke semarang, Kebumen, cilacap,kebumen,cirebon hingga Bandung. Lalu ke arah timur kediri, Surabaya hingga Bali.

Nah karena cabang tersebar di daerah jawa, maka jika kami berkumpul untuk berkoordinasi atau ada pendiklatan untuk membahas materi , baik pemateri maupun anggotanya selalu berkomunikasi menggunakan bahasa jawa. 

Akibatnya adalah, kami yang berasal dari Bandung sering roaming karena tak faham apa yang mereka katakan. 

Nyaris semua cabang mampu memahami bahasa jawa,hanya kami dari bandung saja yang beda. 

Kadang mereka semua heboh membahas materi hingga cekikikan tertawa, kami hanya bisa bengong karena tak tau mereka membicarakan apa. 

Sering kami mengangkat tangan dengan mengatakan tak faham. Pemateripun sempat mengganti kembali menjadi bahasa Indonesia. Namun tak bisa sepenuhnya sesekali dia kembali menggunakan bahasa jawa. Mungkin sulit untuk mengubah kebiasaan mereka yang terlanjur terbiasa menggunakan bahasa jawa meski untuk forum resmi. 

Tapi jujur, saya kagum dengan kesolidan mereka dalam membiasakan diri berkomunikasi dengan bahasa jawa itu. Sepertinya bahasa jawa tak akan tergerus jaman karena banyak yang melestarikan.

Di Bandung saja, jika saya ada orang jawa yang kebetulan bertemu lagi dengan orang jawa maka percakapan yang semula bisa saya ikuti segera berubah menjadi tak bisa saya mengerti karena mereka mengubah bahasanya menjadi bahasa jawa. Tak perduli meski sekeliling mereka orang sunda. Mereka asyik dalam percakapannya. 

Tak seperti kami di Bandung ini yang terkadang lebih nyaman banting stir bercakap-cakap dalam bahasa Indonesia.

Entah apa di daerah selain jawa Barat anak-anak juga terbiasa menggunakan bahasa jawa juga, karena kalau di Bandung penggunaan bahasa Indonesia lebih dipilih untuk diajarkan kepada anaknya dibanding bahasa Sunda. Sehingga praktis akan sulit kita menemukan anak di Bandung yang bisa berbahasa sunda. Khawatir juga bahasa sunda akan menguap. 

Saya dan suami termasuk orang-orang yang bermaksud melestarikan bahasa sunda. Paling tidak kami mengabadikan bahasa sunda dalam nama anak kami. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline