Lihat ke Halaman Asli

Irma Tri Handayani

Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

[My Diary] 1x24 Jamnya Aku

Diperbarui: 13 April 2016   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="dokumen kompasiana"][/caption]Dear Diary.....

Hoamm...dengan mulut menganga laksana singa mengaum aku menguap seikhlas ikhlasnya..Selamat pagi diaryku sayang..masih tersisa ngantuk pagi ini saat membuka mata. Disisi kanan  tampak  anak pertamaku yang bernama Lalaki langit masih asyik bermimpi. Sementara di sisi kiri anakku yang kedua Miyuni Kembang tampak pulas setelah beberapa saat lalu melepas sedotan Asinya. Posisiku memang harus di tengah-tengah mereka mengingat langit sering memberikan tendangan tanpa bayangan dalam igauannya sementara Miyu sering mendaratkan kaki ke muka langit. Meski dalam posis tidur mereka tetap aktif dan tak mau diam. Maka perlu dinding pemisah untuk menahan gerakan mereka.

[caption caption="langit Miyu bobo, dok pribadi"]

[/caption]Diary..rasanya ingin kembali bergabung dengan mereka andai saja tak ada tugas ibu negara yang menanti di pagi ini. Suara "juitan" dari mulut teko pertanda air di dalammnya mendidih seakan menjadi alarm yang membuka paksa mataku. Pelan-pelan akupun turun dari tempat tidur dan melangkah menuju dapur untuk menyiapkan seteko air panas  yang akan digunakan untuk suamiku mandi. Tapi loh..loh..loh diary belum sempat kusiapkan kok tadi tanda air mendidih sudah terdengar ya? hehehe..ternyata suamiku tercinta sudah bangun duluan dan menyiapkannya sendiri. Cengiran spesialku atas keterlambatan ini di balas oleh nyanyian legenda berjudul satu milik ChaCha Handika yang sudah diganti liriknya oleh suamiku menjadi begini "Bangun bangun sendiri...nyiapin air sendiri..."lantunan dangdut dengan nada ga jelas keluar dari suamiku sambil masuk ke kamar mandi

Diary..sebenarnya semalam sih aku sudah berniat bangun lebih awal pagi ini untuk menyiapkan nasi sebagai sarapan mengingat nasi semalam sudah habis tak bersisa. Namun suara berirama dari tetesan air hujan saat jatuh mengenai genteng serasa menina bobokanku sehingga tidur lebih dalam jadilah sarapan suamiku pagi ini hanya sepotong kue bolu sisa rebutan kita berempat tadi malam hihihi..Untungnya suamiku termasuk tipe suami yang ga neko-neko asal ada tambahan secangkir teh hangat maka diappun siap berangkat.

Diary..hari ini akan sedikit berat untuk dilalui. Selain harus mengantarkan Langit sekolah, akupun harus menitipkan Miyu ke rumah mertuaku karena hari ini ada jadwal mengajar dadakan. Ritual awal di  pagi ini adalah menyiapkan acara mandi untuk Langit. Untungnya pagi ini dia lagi sholeh begitu bangun jam 05.30 dia langsung "gejebar gejebur" di kamar mandi dan tak susah untuk mengenakan  seragam .Padahal biasanya perlu lengkingan 7 oktaf dari emaknya supaya dia mau melakukan semua. Sementara Miyu hanya dilap saja badanya oleh air hangat mengingat beberapa hari ini ingus dari hidungnya sering terlihat  berkejaran. Musim hujan ini  membuatnya terkena filek sepertinya.

Beres ritual mandi dan berpakaian kitapun melangkah keluar rumah namun  sebelumnya kupastikan dulu bahwa lampu -lampu sudah dipadamkan,kompor sudah dimatikan dan pintu sudah terkunci rapat.Setelah itu kita berjalan untuk mencari kupat tahu sebagai sarapan.

Diary..seperti yang kamu tahu rumahku cukup jauh dari jalan raya. Perlu menggunakan jasa ojeg untuk mencapai pintu gerbang komplek. Setelah selesai berojeg ria masih perlu dua kali  berganti angkot pula . Diary..meski sudah terbiasa namun tetap saja repotnya berasa ketika lengan kanan menahan tubuh miyu dalam gendongan,sementara itu  tangan kiri memegang erat langit saat berjalan dan menyebrangi jalan. Belum lagi dipundakini  ada sebuah tas ransel besar berisi baju dan pakaian yang nemplok.Untungnya mereka enjoy saat diangkot. Bahkan kalau angkotnya tak banyak penumpang mereka sering berpindah-pindah dudk sambil tertawa dan bercanda.

[caption caption="In angkot, dokumen pribadi"]

[/caption]Diary.. perlu 30 menit untuk tiba di sekolahan Langit. Setelah memastikan bahwa langit duduk manis di dalam kelas aku dan Miyu beranjak meninggalkannya. Beban sedikit berkurang tentunya. diary.O, ya diary..mari kita setelah ini mari kita melaksanakan agenda yang kedua yaitu menitipkan Miyu di perumahan mertua indah.Jarak sekolahan dengan rumah metuaku hanya 2 km. Tapi masih perlu naik angkot sekali lagi.

Tiba di rumah mertua tak serta merta membuatku mudah untuk meninggalkan Miyu. Rengekan langsung keluar sambil minta bobo bobo dan minta Asi saat tahu aku akan pergi.Untungnya ini memang jam tidur paginya Miyu. Maka dalam waktu 5 menit saja miyuni sudah pulas saat ku keloni.Kulepas pelan-pelan dekapanku agar tidur lelapnya tidak terganggu. Dengan sedikit mengendap aku berjalan keluar kamar.Sayangnya  tinggal selangkah lagi menuju pintu tiba-tiba"BRANGNGNG!!!" kaki kananku tak sengaja menendang kaleng biskuit yang entah milik siapa. Tak ayal tangisan Miyupun lansung pecah.Ibu mertua yang melihat dengan sigap menggendongnya dan membawanya keluar rumah agar tak ada perpanjangan waktu menangis. Meski perasaan tak karuan akupun terpaksa melangkah pergi.

Diary..sepertinya seru juga kalau kita pergi ke Bandung menggunakan jasa kereta api. Sudah lama rasanya tak naik kereta. Meski tak tahu jadwal keberangkatannya mari kita menuju stasiun rancaekek dan berharap ada jadwal kereta yang pas saat tiba di sana. Jam di dinding menujukkan pukul 09.50 saat tiba di depan loket. Dan alhamdulilah ada  jadwal keberangkatan kereta  pukul 10. Baru saja duduk di kursi tunggu keretapun sudah terlihat datang.

[caption caption="kereta tiba"]

[/caption]Andai jadwal keberangkatan kereta bisa disesuaikan dengan keinginan kita pasti aku akan selalu memilih naek kereta saat menuju Bandung. Selain nyaman, anti macet dan murah meriah! cocok buat dompet emak-emak masa kini bayangkan hanya  Rp empat ribu saja. Jarak bandung dengan rancaekek tempat berdomisili mertuakukan sekitar 20 km diary..kalau naik angkot atau bis wahhh bisa makan waktu   2jam itupun kalau sedang lancar jaya tanpa macet. Sementara dengan kereta api dengan 30 menit saja kini aku lah tiba di kota Bandung.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline