Lihat ke Halaman Asli

Mega Nugraha

Jalan-jalan, mikir, senang

Resensi Film Upside Down: Cinta Terhalang Gravitasi

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13515651261267564093

SEPULANG dari kantor menjelang magrib sore tadi, saya menyempatkan mampir ke toko DVD di sekitar Binong. Saya tidak lama berada disana karena mata saya langsung tertuju pada 2 film science fiction. Branded dan Upside Down. Kedua film tersebut sangat menarik. Namun, kali ini saya akan menulis resensi film dari Upside Down terlebih dahulu. Bisa dibilang film Upside Down akan mendobrak kebesaran nama film Ghost yang bercerita tentang kisah cinta dari dua alam dan dibintangi oleh Demi Moore. Semua orang saya kira sudah tahu ceritanya bagaimana film Ghost tersebut, intinya, manusia dan hantu berpacaran. Namun, lain lagi dengan Upside Down. Film ini dibintangi oleh Kirsten Dunst yang berperan sebagai Eden Moore dan Jim Sturgess yang berperan sebagai Adam Kirk. Film ini berkisah tentang percintaan antara Adam dan Eden yang terpisah karena gaya gravitasi karena keduanya berada di dunia berbeda. Adam tinggal di sebuah dunia bawah yang penuh dengan ketragisan hidup dan kemiskinan sementara Eden tinggal di dunia atas yang penuh dengan kemewahan dan peradaban yang lebih maju dari dunia bawah. Namun, dunia atas ini dibangun dari kecerdasan orang-orang dari dunia bawah. Dari dunia atas dan bawah tersebut, dipisahkan oleh gravitasi. Sehingga, jika Adam pergi ke dunia Eden, jika tidak menggunakan alat bantu, maka Adam akan jatuh ke dunianya. Begitu juga sebaliknya. Otomatis, mereka sering bertemu di sebuah puncak bukit diantara kedua dunia tersebut. Uniknya, tanpa alat bantu, jika mereka bertemu, mereka tidak bisa bertatap muka selayaknya. Namun, untuk bertemu di bukit itu, Adam selalu melihat Eden dengan posisi menengadahkan kepala, begitu juga dengan sebaliknya. Uniknya lagi,dari dunia yang berbeda tersebut, dunia atas menerapkan aturan bahwa masyarakat di dunia bawah dan dunia atas tidak boleh bersatu. Namun demikian, dalam dunia tersebut, terdapat sebuah megakorporasi yang mana, pegawainya dari dunia atas dan dunia bawah. Adam dan Eden sendiri bekerja di perusahaan yang bernama Transmirer tersebut. Karena mereka saling mencintai, seringkali Adam membuat alat bantu yang dipasang di kaki dan badan berupa magnet agar Adam bisa bisa berada di dunia atas dan bisa menemui Eden, dengan resiko, akan tertangkap oleh polisi dari dunia atas. Namun, alat bantu tersebut tidak bisa bertahan lama. Kadang, jika sudah akan tidak aktif, alat tersebut terbakar di tubuh Adam. Bayangkan saja, jika alat tersebut tidak aktif, maka Adam akan ditangkap polisi dari dunia atas. Untuk menghindari itu, Adam seringkali melarikan diri dari kejaran polisi. Cara aman untuk menghindar dari mereka tidak lain melepas alat bantu tersebut dengan resiko, Adam akan terjatuh ke dunia bawah dari dunia atas karena, meski Adam berada di dunia atas, gravitas dunia bawah berlaku bagi Adam. Di perusahaan Transmirer tersebut, Adam memiliki seorang rekan bernama Bob Bochukovits. Dengan rekannya tersebut, Adam membuat suatu formula atau zat agar manusia dari dunia bawah tersebut bisa terbebas dari hukum gravitasi. Singkatnya, setelah formula tersebut selesai dibuat, Adam dan Eden pun menggunakan formula tersebut. Sehingga, akhir cerita bisa ditebak. Adam pun bisa melanjutkan hubungannya dengan Eden tanpa harus terhalangi hukum gravitasi. Ide cerita film tersebut memang bagus dan merekam hal-hal di luar pikiran alam pikiran manusia pada umumnya tentang sebuah relasi. Namun, di akhir cerita, tidak dikisahkan mengenai penghapusan aturan yang melarang relasi manusia dari dunia atas dan dunia bawah, meski Adam dan Eden sudah tidak terhalang gravitasi. Film Upside Down ini lebih menyelesaikan masalah relasi percintaan antara Adam dan Eden yang keduanya terhalang hukum gravitasi. Sedangkan masalah aturan yang memberlakukan mereka tidak boleh bertemu dan berelasi, itu tidak dijelaskan. Film ini sendiri tergolong science fiction meski unsur drama cinta begitu kental dalam film ini. Mungkin hal itu juga yang membuat sang sutradara tidak mengisahkan tentang penghapusan aturan yang melarang manusia dari dunia atas dan bawah bertemu. Karena film ini tergolong science fiction, maka pemandangan dan latar film banyak menampilkan pemandangan futuristik. Seperti halnya, kita akan melihat bahwa di atas dunia bawah, yang tampak bukan langit, melainkan sebuah kota atau dunia yang dinamakan dunia atas. Begitu juga dengan sebaliknya. Selain itu, diatas puncak bukit tertinggi di dunia bawah, kita tidak akan melihat langit, namun kita akan melihat puncak bukit dari dunia atas. Singkat kata, film ini banyak menampilkan hal-hal serba terbalik. Karenanya, saya pikir, ini film drama cinta yang akan mengalahkan pamor film drama Ghost dan akan menjadi film science fiction tergila di akhir tahun 2012 ini. Jika tertarik, film ini sudah tersedia dalam bentuk DVD. Saya sendiri membelinya di Vertex Binong. Kualitas gambar dan subtitlenya pun sudah bagus. Jadi, selamat menonton.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline