[caption id="attachment_259718" align="aligncenter" width="346" caption="Multilingualisme di Eropa"][/caption] Multilinguisme atau juga sering disebut polygot merupakan kemampuan seseorang dalam menguasai lebih dari satu bahasa. Rata-rata orang Indonesia mempunyai kemampuan berbicara dalam dua bahasa, yaitu bahasa ibu yang biasanya merupakan bahasa daerah seperti bahasa Sunda atau bahasa Jawa dan bahasa Indonesia yang diperoleh melalui pendidikan formal seperti di sekolah maupun secara tidak sengaja melalui media masa. Jadi banyak masyarakat Indonesia yang menyandang gelar bilingualis atau dwi bahasa. Secara tidak sadar juga, banyak juga orang Indonesia yang mengerti dan bisa berbicara bahasa Melayu, yang dikategorikan sebagai bahasa lain (bukan bahasa Indonesia). Kemampuan menguasai beberapa bahasa sewajarnya merupakan sesuatu yang positif, dengan menguasai lebih dari beberapa bahasa seseorang akan lebih mudah berinteraksi dengan orang lain dan banyak keuntungan lainnya. Bagaimana dengan multilingualisme di Eropa? Seperti kita tahu, kebanyakan negara-negara yang terletak di benua Eropa (barat) merupakan negara industri dengan perekonomian yang kuat dan maju dalam segala bidang. Secara geografis benua Eropa merupakan benua yang paling kecil, sehingga batas-batas negara tidak dipisahkan oleh lautan, melainkan melalui sungai-sungai kecil, atau bahkan tidak ada batas yang terlihat kasat mata. Hal ini juga merupakan imbas dari pembentukan Uni Eropa dan perjanjian Schnengen. Tidak jarang misalnya seseorang yang ingin bepergian ke suatu kota akan melewati beberapa negara dalam kurun waktu kurang dari dua jam. Imbas dari keadaan tersebut adalah pentingnya penguasaan bahasa-bahasa asing di Eropa, karena ukuran geografis benua ini yang relatif kecil namun banyak negara-negara yang ada di benua ini. Beberapa negara Eropa memiliki beberapa bahasa resmi, penduduk dari negara-negara tersebut pada umumnya menguasai beberapa bahasa Eropa. Pemerintah negara-negara ini mewajibkan warganya mengikuti pelajaran bahasa-bahasa asing Eropa lainnya di sekolah, bahkan pada tingkatan pendidikan tinggi seperti universitas, tidak jarang mahasiswa-mahasiswa wajib mengambil beberapa semester di negara lain, salah satu tujuannya adalah untuk mengasah kemampuan berbahasa lain. Berikut ini adalah beberapa negara Eropa yang mempunyai beberapa bahasa resmi:
Luxemburg
[caption id="attachment_259721" align="aligncenter" width="328" caption="Peta Luxemburg"]
[/caption] Negara keadipatihan Luxemburg adalah negara kecil dengan jumlah penduduk sekitar 500 ribu. Negara ini merupakan negara terkaya di dunia bila dilihat dari pendapatan perkapita penduduknya (113.533 US$, Indonesia: 4.977 US$). Bahasa asli orang Luxemburg adalah Lëtzebuergesch (bahasa Luxemburg) yang merupakan dialek dari bahasa Jerman yang memiliki banyak kata serapan dari bahasa Perancis. Menurut undang-undang bahasa yang dicanangkan pada tahun 1984, Luxemburg memeliki 3 bahasa resmi, yaitu: Bahasa Luxemburg, Bahasa Jerman dan Bahasa Perancis. Penelitian yang dilakukan Uni Eropa menyatakan bahwa Bahasa Luxemburg merupakan bahasa ibu dari 70 persen penduduk Luxemburg. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang sejak dulu menjadi bahasa exklusif di negara itu, karena dahulu para aristrokat dan keluarga kerajaan lebih suka menggunakan bahasa Perancis. Sejak kekalahan Jerman pada perang dunia ke 2 serta sejarah kelam bangsa Jerman dengan Hitler-nya, orang tidak suka lagi menggunakan bahasa Jerman. Namun seiring dengan globalisasi serta perekonomian Luxemburg yang menguat dan menjadi penyedia jasa perbankan utama di dunia, maka bahasa Jerman kembali menjadi bahasa yang penting. [caption id="attachment_259719" align="aligncenter" width="600" caption="Poster kampanye pemilihan anggota parlemen Luxemburg dalam berbagai bahasa"]
[/caption] Saat ini, 44 persen dari 500 ribu penduduk Luxemburg adalah imigran. Pendatang ini bekerja pada sektor-sektor formal maupun non formal. Lebih dari 40 persen pendatang merupakan pendatang dari negara-negara di sekitar Luxemburg (Belgia, Jerman dan Perancis). Lebih dari 50 persen penduduk Luxemburg menguasai juga bahasa asing lainnya. Di sekolah-sekolah mereka diajarkan beberapa bahasa. Di taman kanak-kanak negeri, bahasa yang digunakandalah bahasa Luxemburg, meski bahasa tersebut bukan bahasa ibu mereka. Hasilnya 50 persen dari anak-anak ini menggunakan bahasa Luxemburg untuk sehari-hari. Bahasa pengantar di sekolah dasar pada umumnya adalah Bahasa Jerman, karena bahasa Jerman merupakan bahasa yang memiliki hubungan erat dengan bahasa Luxemburg. Di kelas 2 sekolah dasar bahasa pengantar yang digunakan adalah bahasa Perancis, setelah itu 2 bahasa tersebut menjadi bahasa pengantar di sekolah. Bahasa asing lainnya yang wajib dipelajari di sekolah adalah bahasa Inggris. Di perguruan tinggi bahasa yang digunakan adalah bahasa Jerman, Perancis ataupun Inggris. Sedangkan bahasa yang digunakan di tempat-tempat umum adalah bahasa Jerman, Perancis, Inggris, Luxemburg, Portugal dan Italia. Banyak pendatang dari Portugal dan Italia yang berkerja di sektor semi formal maupun formal. Jadi apabila Anda berbelanja sesuatu atau makan di suatu restoran Anda bebas memilih bahasa mana yang Anda pakai. Namun dalam sektor pekerjaan formal, bahasa yang dipakai cenderung bahasa Perancis, Jerman atau Inggris.
Belgia
[caption id="attachment_259725" align="aligncenter" width="300" caption="Peta bahasa di Belgia"]
[/caption] Belgia mempunyai 3 bahasa resmi yaitu: Bahasa Belanda, Perancis dan Jerman. Sejak kemerdekaan Kerajaan Belgia tahun 1873, bahasa Perancis merupakan bahasa resmi kerajaan. Pada tahun 1873 bahasa Belanda menjadi bahasa resmi kedua, namun bahasa pengantar di sekolah-sekolah dan bahasa birokrasi adalah bahasa Perancis. Tahun 1919 setelah perag dunia pertama, bahasa Jerman juga menjadi bahasa resmi Belgia, karena bahasa Jerman adalah bahasa ibu penduduk Belgia yang bermukim di perbatasan Jerman. Belgia yang pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu Flandria, yang berbahasa Belanda dan Wallonia, yang berbahasa Perancis. Di bagian timur Belgia yang berbatasan dengan Jerman, banyak orang Belgia yang berbicara bahasa Jerman sebagai bahasa ibu. Brussel sebagai ibuk kota Belgia merupakan satu-satunya daerah yang menggunakan dua bahasa yaitu bahasa Belanda dan Perancis. Keadaan ini membuat Belgia membentuk komunitas tiga komunitas menurut bahasa-bahasa tersebut. Seperti pada pemerintahan pusat, setiap komunitas bahasa memiliki sistem pemerintahan dan parlement. Misalnya, komunitas bahasa Perancis mengurusi masalah budaya dan sosial untuk orang-orang yang berbahasa Perancis di Wallonia dan Brussel, namun komunitas ini tidak boleh mengurusi apapun untuk sekitar 300.000 orang di Flandria, karena Flandria hanya memiliki satu bahasa, yaitu bahasa Belanda, dan orang harus berbahasa Belanda di wilayah ini (secara resmi). Komunitas berbahasa Jerman juga hanya bisa mengurusi di Wallonia yang berbahasa Perancis, sementara komunitas bahasa Belanda boleh mengurusi area Brussel dan Flandria. Memang membingungkan. Jadi sebagai contoh, sebuah keluarga yang berbahasa Perancis yang menetap di Brussel bergantung pada pemerintah pusat apabila mereka mengurus pensiun kakek mereka. Namun mereka harus mengurus di komunitas Perancis, apabila mereka ingin mengadakan pertunjukkan musik. Mereka juga harus mengurus di komunitas bahasa Belanda untuk sekolah anak-anak mereka. Sedangkan yang mengurusi sampah rumah tangga adalah pemerintah kota Brussel. Maka sebuah keluarga bisa memiliki 4 pemerintahan yang berbeda yang mengurusi mereka. Imbasnya adalah birokrasi yang rumit dan ongkos penterjemah yang juga tidak sedikit. [caption id="attachment_259911" align="aligncenter" width="480" caption="Papan petunjuk dalam bahasa Perancis dan Belanda"]
[/caption] Di Brussel bahasa Perancis dan Belanda merupakan bahasa resmi. 20 persen dari pelajar memiliki bahasa Belanda sebagai bahasa ibu, sedangkan 80 persen berbahasa Perancis. Terdapat pula universitas yang berbahasa Perancis seperti Université Libre de Bruxelles dan yang berbahasa Belanda seperti Vrije Universiteit Brussel. Semua fasilitas umum dan rambu-rambu ditulis dalam dua bahasa, yaitu bahasa Perancis dan Belanda. Namun dalam bahasa keseharian masyarakat, bahasa Perancis lebih banyak digunakan.
Swiss
Undang-undang negara Swiss menyatakan bahawa bahasa resmi negara Swiss adalah bahasa Jerman, Perancis, Italia dan bahasa Rhaeto-Roman (bahasa yang digunakan di daerah perbatasan Swiss dengan Italia, yang termasuk dalam rumpun bahasa Roman).
[caption id="attachment_259919" align="aligncenter" width="277" caption="Keanekaragaman bahasa di Swiss"]
[/caption]
Tidak seperti di Belgia, undang-undang tidak mengatur dengan pasti di daerah mana bahasa-bahasa tersebut boleh/bisa digunakan. Bahasa Rhaeto-Roman hanya digunakan sebagai bahasa resmi apabila seseorang ingin menggunakan bahasa ini di sebuah institusi resmi, sehingga jaminan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan dalam bahasa ibu mereka terlindungi oleh undang-undang. Selain bahasa ibu, orang Swiss kebanyakan menguasai lebih dari satu bahasa.
[caption id="attachment_259915" align="aligncenter" width="640" caption="Berbagai bahasa pada sebuah rambu-rambu"]
[/caption]
Setiap Kanton (pembagian wilayah di negara Swiss) memiliki bahasa yang berbeda. Setiap Kanton bisa memilih bahasa yang dipakai sebagai bahasa resmi. Bahasa Jerman dikuasai 65,6 persen masyarakat Swiss dan merupakan bahasa yang paling sering digunakan di negara ini. 17 Kanton dari 26 yang ada menggunakan bahasa Jerman sebagai bahasa pemerintahan dan birokrasi. Kanton Bern (yang memiliki banyak penutur bahasa Jerman) memiliki 2 bahasa resmi yaitu Perancis dan Jerman, sedangkan di Freiburg dan Wallis (yang memiliki banyak penutur bahasa Perancis) bahasa Jerman merupakan bahasa resmi ke dua.