Lihat ke Halaman Asli

Lewat Pemasaran Digital, Semedo Manise Ubah Pahitnya Pandemi Menjadi Manisnya Inovasi

Diperbarui: 17 Juli 2022   12:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TAMPILAN produk Semedo Manise yang telah lolos uji kesehatan, halal dan lainnya. (Sumber: Instagram Semedo Manise) 

MANFAAT internet benar-benar dimanfaatkan oleh pengurus dan anggota Koperasi Semedo Manise Sejahtera (Koperasi SMS) Desa Semedo Kecamatan Pekuncen Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. Melalui kemudahan akses internet yang telah masuk ke perkampungan di pucuk perbukitan ini termasuk IndiHome, koperasi yang beranggotakan sekitar lebih dari 1200 produsen gula semut organik bersertifikasi ekspor, sejumlah produk varian gula semut juga dipasarkan secara online. 

Dari perbincangan penulis dengan Ketua Koperasi Semedo Manise Sejahtera beserta pengurusnya, pandemi Covid-19 sempat memukul usaha gula semut yang
digeluti kelompok atau koperasi ini. Andalan ekspor gula semut yang tiap bulan sekitar 50 ton dalam waktu sebulan sempat tersendat. 

Padahal dari ekspor gula semut organik bersertifikasi ini nasib ribuan penderes gula kelapa turut ditentukan. Apalagi perjuangan untuk meningkatkan kesejahteraan petani gula ini sudah dilaksanakan sejak 2009 sejak berdirinya Kelompok Petani Kelapa Manggar Jaya. 

Kini harga gula semut, berkisar Rp 17 ribu hingga Rp 21 ribu perkilogram. Rata-rata produksi per rumah tangga mencapai 8-12 kilogram per hari dan penghasilan petani mencapai Rp 3 juta per bulan. Padahal sebelum ada kelompok tani, kelompok usaha bersama dan koperasi, harga gula cetak hanya sekitar Rp 9 ribu perkilogram saja. Tak seperti sekarang ini, mereka juga belum punya jaminan kesehatan dan kete

Dikutip dari berita Suara Merdeka Banyumas, hingga 2022 ini jumlah petani yang bergabung dengan Koperasi SMS mencapai 1200 orang. Sekitar 400 petani gula binaannya di Desa Cibangkong, Petahunan, Karangkemiri, Semedo di Kecamatan Pekuncen dan Desa Kalisalak, Kecamatan Kedungbanteng telah tersertifikasi dan produknya terserap ekspor. Sisanya sekitar 800 petani lainnya  dalam proses menuju sertifikasi serupa yaitu PIRT, Halal dan Organik. 

Karyawan bidang produksi sedang memfilter atau menyortir produk gula semut organik kualitas ekspor ke Eropa dan Amerika. (Sumber: Susanto) 

Tumbuh Inovasi

Akibat pembatasan hingga penutupan pelabuhan ekspor beberapa bulan terakhir membuat stok gula semut sempat tertahan dan menumpuk di gudang Koperasi. Sejak inilah pengelola Koperasi akhirnya tumbuh inovasi berupa produksi dan pemasaran gula semut dengan berbagai varian rasa.

Produksi dan pemasaran gula semut dengan sembilan varian produk mulai dari rasa original dan rempah ternyata menjadi solusi ketika kran ekspor tersendat. Dengan pesat dan canggihnya Internetnya Indonesia saat ini, pengelola Koperasi langsung memanfaatkan semua marketplace untuk memasarkan produk gula semua khususnya untuk pasar domestik ini.

Marketing Koperasi SMS, Tri Kurniaasih menyebutkan dengan memanfaatkan marketplace inilah pasaran gula semut ini cukup efektif dan efisien. Pandemi membuat  gula semut varian  empon-empon bahkan diburu konsumen. Larisnya gula semut organik di pasar domestik ini menjadi solusi tersendiri ketika pendapatan dari sektor ekspor tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline