Lihat ke Halaman Asli

Puisi | Pawang Hujan, Penggesek Punggung Angin

Diperbarui: 12 April 2016   00:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Ilustrasi: @Shutterstock"][/caption]lelaki dengan mantranya, menyapu-nyapu awan agar berhimpun dalam satu gumpalan 

memacu kereta menghardik dan mencambuk bakal air yang liar berlari diterbangkan angin 

Petir-petir menyambar membocori kantong untuk dapatnya tumpah membanjiri bumi 

di mana kehidupan mulai dahaga 

satu tetesnya membangunkan sebutir embrio yang lama lelap di pangkuan tanah 

selanjutnya menyeruaki  alam mengikuti alur cahaya 

Pawang hujan berkomat-kamit meniup matra pengunci penggiring awan dan tak henti menggeseki punggung angin 

dapatnya menggumpal pekat lalu menumpahkan isinya jatuh bebas di bagian bumi yang ditentukan 

menumbuhkan benih-benih awal penciptaan kehidupan 

sebuah ikhtiar tak terjangkau logika 

antara ya dan tidak, namun nyata.... 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline