Lihat ke Halaman Asli

Osteosarkoma: Tumor Tulang Ganas yang Harus Diamputasi?

Diperbarui: 29 September 2022   21:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tumor tulang merupakan salah satu penyakit yang menakutkan dalam sistem muskuloskeletal. Tumor tulang ganas adalah penyakit yang relatif jarang untuk dialami dengan insidensi 0.2% dari seluruh kanker. Walaupun demikian, tumor tulang ganas dapat menyebabkan tingkat kematian yang tinggi, terlebih lagi jika tidak dilakukan tatalaksana secara dini dan optimal. Osteosarkoma merupakan salah satu jenis tumor tulang ganas dengan tingkat persebaran (metastasis) yang tinggi sehingga menyebabkan tingkat mortalitas yang tinggi.

Pada saat ini, terdapat anggapan di masyarakat bahwa osteosarkoma hanya dapat disembuhkan dengan cara dilakukan operasi amputasi. Di samping amputasi memang merupakan salah satu modalitas terapi untuk osteosarkoma, dengan kemajuan terapi osteosarkoma saat ini, tindakan amputasi hanya dilakukan pada 10% dari seluruh kasus osteosarkoma. Deteksi dini dan terapi yang tepat perlu dilakukan untuk mencapai hasil yang optimal dalam penanganan osteosarkoma.

Tatalaksana awal pada osteosarkoma dipengaruhi oleh kesadaran dini oleh pasien dan ketepatan diagnosis dokter. Di Indonesia, osteosarkoma umumnya didapatkan keterlambatan diagnosis yang menyebabkan tatalaksana kanker yang tidak maksimal. Hal tersebut dapat disebabkan oleh keterlambatan penanganan akibat dilakukannya terapi tradisional terlebih dahulu. Terlebih lagi, pengetahuan yang rendah mengenai penyakit osteosarkoma menyebabkan ketidaktahuan masyarakat terhadap penyakit ini. Pengenalan gejala awal osteosarkoma sangat penting dalam deteksi dini osteosarkoma.

Gejala awal yang umumnya dialami oleh pasien dengan osteosarkoma adalah nyeri tulang yang semakin memberat dan dirasakan terus menerus termasuk pada malam hari dan setelah aktivitas. Adanya benjolan atau bengkak disertai dengan kemerahan pada daerah dengan nyeri merupakan gejala lain yang dapat ditemui. Lokasi dari terjadinya osteosarkoma adalah pada daerah sekitar lutut atau pada daerah pangkal lengan atas. Walaupun demikian, osteosarkoma dapat terbentuk pada semua tulang di seluruh tubuh.

Gejala sistemik seperti penurunan berat badan, demam hilang timbul, dan rasa cepat lelah juga merupakan gejala lainnya yang dapat muncul pada osteosarkoma. Pada keadaan yang lebih berat, patah tulang yang disebabkan oleh benturan ringan atau kegiatan sehari-hari dapat terjadi pada osteosarkoma. Jika didapatkan salah satu atau lebih dari gejala tersebut, perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut kepada dokter spesialis Orthopaedi dan Traumatologi.

Pada pasien dengan kecurigaan terjadinya osteosarkoma, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan mencakup pemeriksaan rontgen, pemeriksaan laboratorium (C-reactive protein, fosfatase alkali, dan laktat dehidrogenase), hingga pemeriksaan jaringan dengan dilakukannya pengambilan jaringan melalui fine needle aspiration biopsy (FNAB), core biopsy, atau open biopsy.

Pemeriksaan lanjutan seperti computed tomography (CT) scan atau magnetic resonance tomography (MRI) dapat dilakukan untuk menilai tingkat keparahan dari kanker. Pemeriksaan lainnya seperti bone scan atau PET scan juga dibutuhkan untuk menilai adanya anak sebar kanker atau skip lesion di tulang atau organ lainnya. Penentuan diagnosis final dari osteosarkoma didasarkan kepada adanya diskusi melalui clinico-pathological conference yang mencakup spesialis Orthopaedi dan Traumatologi, Radiologi, dan Pathologi Anatomi.

Tatalaksana pada pasien dengan osteosarkoma didasarkan oleh tingkat keparahan dari kanker melalui pemeriksaan yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kemoterapi neoadjuvan atau kemoterapi awal diberikan pada pasien dengan osteosarkoma yang ditujukan untuk mengurangi ukuran dari kanker serta menghancurkan anak sebar dari osteosarkoma. Terapi pembedahan dapat dilakukan pada osteosarkoma dengan tujuan mengangkat bagian tulang yang mengalami kanker. Tindakan pembedahan dapat dilakukan dengan melakukan amputasi atau limb salvage surgery dengan mempertimbangkan fungsi ekstremitas, komplikasi, dan prognosis pada kanker yang terjadi pada pasien. Pada saat ini, terapi pembedahan yang paling banyak dilakukan adalah limb sparing surgery dengan melakukan reseksi atau pengangkatan tumor secara luas dengan memperhatikan struktur penting pada ekstremitas.

Bagian tulang yang diangkat dapat digantikan dengan cangkok tulang, endoprostesa atau gabungan dari keduanya. Dengan dilakukannya limb sparing surgery, fungsi dari ekstremitas dapat dipertahankan di samping mengurangi kejadian rekurensi dari osteosarkoma. Terapi lanjutan setelah dilakukan operasi dapat berupa kemoterapi lanjutan (adjuvan) dengan regimen yang sama atau berbeda dengan sebelumnya.

Secara umum, tatalaksana osteosarkoma pada saat ini bukan selalu merupakan amputasi dengan tingkat fungsional dan rekurensi yang rendah. Hal tersebut harus didasarkan kepada diagnosis dan tatalaksana dini terhadap osterosarkoma.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline